BERITA HANGAT 96

BERITA HANGAT 96 - CERITA DEWASA 96

BERITA HANGAT 96

BERITA HANGAT 96 - NONTON 96

Selasa, 24 Juli 2018

Cerita Dewasa Bergambar Istri Yang Selingkuh


Gara-gara terjebak nafsu untuk berselingkuh, malah membuatku ketagihan. Dulu aku puas ngeseks hanya dengan satu pria. Sekarang, aku lebih puas dengan ngeseks ramai-ramai. Bukan lagi dengan satu pria tentunya, melainkan lima pria sekaligus, aku baru puas.

Aku seorang wanita berumur 30 tahun, ibu dari dua orang anak. Tentunya statusku nikah dengan seorang suami. Kami telah terikat perkimpoian selama tujuh tahun. Aku nikah setelah berhasil meraih gelar kesarjanaanku di kota Bandung.

Suamiku normal-normal saja, demikian juga dengan hubungan seksku. Aku melakukannya sekitar 2 atau 3 kali seminggu dengan suamiku. Namun semuanya berubah ketika aku mengalami suatu hal yang tidak kuduga sebelumnya pada tiga bulan yang lalu. Ternyata kemampuan seksku lebih dari yang kuduga sebelumnya.

Aku biasa dipanggil Ratih. Tinggi badanku sekitar 156 cm dengan berat 49 kg. Ukuran BH-ku 34C, pinggulku yang agak besar berukuran 100 cm semakin menonjol dengan pinggangku yang hanya 58 cm itu. Walaupun dari rahimku telah terlahir dua orang anakku, bodyku sih oke-oke saja. Hampir tidak ada perubahan yang mencolok.

Kembali pada kejadian yang gila. Mula-mula aku bertemu temanku, Merry saat aku sedang berbelanja di sebuah mall. Ia adalah sobatku sewaktu di SMA dulu. Saat itu ia bersama dua orang teman laki-lakinya, yang langsung dikenalkannya kepadaku. Mereka bernama Yanto dan Andi. Mereka ternyata adalah teman-teman yang enak diajak bicara. Akhirnya kami pun menjadi akrab. Siang itu kami melanjutkan obrolan sambil makan di sebuah restoran.

Setelah pertemuan itu, ternyata Yanto sering menelepon ke rumahku walaupun ia sudah tahu bahwa aku ini seorang istri dengan dua orang anak. Dalam pembicaraan telepon, ia memang sering mengeluarkan rayuan gombalnya kepadaku tapi tetap ia menjadi teman bicara yang enak.

Ia berusaha mengajakku makan siang dengan gigihnya. Hal itu yang membuatku menyerah juga. Akhirnya aku menyetujuinya juga. Syaratnya, makan siangnya harus ramai-ramai.

Aku, Merry, Yanto, dan Andi bertemu di tempat yang sudah kami sepakati bersama. Bersama kedua teman cowok kami, ikut serta pula tiga orang teman mereka yang lain: Eko, Benny, dan Adi. Mereka semua rata-rata berusia delapan tahun lebih tua daripada aku dan Merry.

Kami makan siang bersama di sebuah restoran yang ada fasilitas karaokenya. Kami makan dengan ramainya sambil berkaraoke. Memang aku pun senang berkaraoke.

“Ayo, Rat… nyanyi lagi…,” mereka menyemangatiku kala aku melantunkan lagu. Ternyata kelima cowok keren itu merupakan teman yang enak untuk gaul. Wawasan mereka luas dan menyenangkan. Akhirnya kami cepat menjadi akrab. Ternyata, baru kusadari nanti bahwa inilah kekeliruanku….

Seminggu kemudian aku diundang lagi, kali ini oleh Andi, untuk makan siang dan berkaraoke lagi. Tanpa pikir panjang dan tanya-tanya lagi, aku pun langsung menyetujuinya. Aku bolos masuk kantor setelah makan siang, lalu pergi ke tempat karaoke bersama mereka.

Nah, di saat itulah terjadi sesuatu yang tidak kuduga. Ternyata aku dibawa ke tempat karaoke yang khusus untuk berkaraoke saja. Bukannya sebuah restoran. Tempatnya berupa sebuah kamar tertutup dengan kursi panjang. Kali ini Merry pun tidak ikut. Jadi hanya aku dengan kelima cowok itu.

Karena sudah telanjur masuk ke sana, akhirnya kucoba menenangkan diri. Walaupun aku agak deg-degan juga pada awalnya. Kenyataannya, akhirnya suasana menjadi seru ketika secara bergantian kami berkaraoke.

Aku pun dipesankan minuman whisky-cola yang membuat badanku jadi hangat. Akhirnya mereka meminta berdansa denganku saat salah satu di antara mereka bernyanyi. Saat melantai itulah, lama-kelamaan mereka berani merapatkan dadanya ke tubuhku dan menekan serta menggesek-gesek payudaraku.

Anehnya, aku malah diam dan mencoba menikmati apa yang mereka perbuat kepadaku, yang lama-lama membuatku terbakar dan menikmati permainan ini. Mereka bergantian berdansa denganku.

“Ratih, badanmu hot sekali,” ujar Yanto berbisik di telingaku sambil bibirnya mencium belakang telingaku, membuatku merinding nikmat… Tangannya lalu tanpa malu-malu lagi meremas payudaraku. Aku pun terangsang hebat….

“Aahhh… jangaaannnn…,” kataku ketika Yanto dengan beraninya membuka kancing blusku dan menyusupkan tangannya ke dalamnya… Tangannya meremas dan memilin puting payudaraku dengan semakin hotnya… Aku sebenarnya masih menyimpan sedikit rasa malu karena semua aksi kami ditonton oleh yang lainnya dengan tatapan penuh nafsu….

Anehnya, seperti dibius, tubuhku tidak berontak. Tanganku sama sekali tidak berusaha melepaskan tangan Yanto yang terus menggerayangi payudaraku yang kini terbuka lebar…

“Mmmhhh…,” rintihku penuh kenikmatan. Hanya itu yang ternyata sanggup keluar dari bibirku…

Yanto akhirnya mengulum bibirku dan menindih rapat-rapat tubuhku di atas sofa.

Aku benar-benar lupa diri ketika jari-jemari Yanto bergerilya di dalam celana dalamku. Ia terus menggelitik bibir lubang vaginaku yang sudah basah dan rasanya menebal itu.

Spontan yang lainnya pun ikut-ikutan. Dengan liar akhirnya kelima cowok itu mengerubuti tubuhku.

Akhirnya, tahu-tahu tubuhku sudah bugil tanpa sehelai benang pun dan digeluti bersama oleh mereka. Yantolah yang lebih dahulu menusukkan senjatanya ke dalam lubang kemaluanku. Lalu Adi memasukkan senjatanya ke dalam mulutku. Andi mengisap puting kiri payudaraku sambil membimbing tangan kiriku untuk mengelus-elus senjatanya. Sementara itu Eko mengisap puting yang sebelahnya sambil melakukan hal yang sama pula terhadap tangan kananku. Terakhir, Benny menggosok-gosokkan senjatanya ke wajahku.

“Aacchhh….,” aku mendapat orgasme pertama ketika Yanto sedang asyik-asyiknya menggenjot tubuhnya di atas tubuhku. Spontan, kedua tanganku meremas penis Andi dan Eko yang ada dalam genggamanku dengan keras…. Aku sendiri tak bisa mengeluarkan lenguhan kenikmatanku secara lepas karena penis Adi yang hangat itu dengan serunya terus bermain di mulutku.

Adi yang tahu aku baru saja orgasme hanya menyeringai kepadaku. Tampaknya ia pun semakin semangat memompa mulutku….

“Ratiih…,” desah Yanto menggeliat ketika memuntahkan maninya di dalam lubangku. Hangat dan terasa kental memenuhi lubang kemaluanku. Dipegangnya pantatku erat-erat supaya semua spermanya masuk ke dalam tubuhku…. Adi tambah semangat mengocok senjatanya di dalam mulutku.

Setelah Yanto selesai, posisinya langsung diganti Benny yang sejak tadi hanya mengosok-gosokkan senjatanya yang panjang dan besar di wajahku.

Langsung ditancapkannya ke dalam lubangku yang hangat, sudah penuh dan licin dengan cairan milik Yanto. Benny begitu semangatnya menyetubuhiku.

“Mmmmphh, aghhh….,” tubuhku bergetar menggeliat.

Bayangkan… payudaraku dihisap putingnya oleh Eko dan Andi seperti dua bayi besar. Sementara lubang kemaluanku mulai dihunjam oleh senjata Benny dengan ganasnya. Di mulutku, Adi akhirnya menyemprotkan cairannya dengan deras dan langsung kuhisap kuat-kuat.

“Aaaacchhh….,” air mani Adi yang terasa hangat asin seperti kuah oyster masuk ke dalam tenggorokanku.

Bersamaan dengan itu, Benny juga menyemprotkan maninya di lubang vaginaku. Multiorgasme…. Aku sudah mendapakannya tiga atau empat kali dan masih ada Eko dan Andi yang belum kebagian menyemprotkan cairannya.

Tubuh Adi dan Benny berkelojotan dan akhirnya terhempas.

Andi menggantikan posisi Adi. Penisnya yang bengkok ke atas terasa penuh di mulutku.

Eko menepis Benny dari atas tubuhku. Untuk yang ketiga kalinya, lubang vaginaku dimasuki oleh orang yang berbeda…. Ternyata senjata milik Eko lah yang paling panjang dan besar. Aku khawatir kalau penis Eko agak susah untuk masuk ke dalam vaginaku. Syukurlah, ternyata tak sesulit yang kubayangkan karena lubang vaginaku telah penuh dengan cairan dari dua orang yang terdahulu.

Benar saja, terasa sangat mantap dan nikmat ketika senjata Eko menggesek lubangku yang sudah terasa panas dan semakin tebal rasanya. Napasku sampai terengah-engah dibuatnya…

“Rat…. iseeepp yang kuaaattt….,” ternyata Andi tidak kuat dengan isapan mulutku. Ia akan segera mencapai klimaks. Aku pun segera mematuhi perintahnya dengan mengisapnya lebih kuat lagi….

Penis Andi pun memuncratkan cairan maninya di dalam mulutku. Terasa air mani Andi lebih strong aromanya, lebih hangat, lebih kental, dan lebih banyak memenuhi mulut dan tenggorokanku. Aku sampai agak gelagapan karena mulutku jadi penuh dan hampir tersedak…. Namun aku berusaha untuk tenang… Pelan-pelan kutelan sperma Andi yang membludak. Sementara bibirku tetap mencengkram penis Andi supaya tak lepas…. Setelah penis Andi kering benar dan mulai mengkerut, barulah aku melepaskannya…. Ia pun lalu tergeletak di atas kepalaku.

Sekarang tinggal aku dan Eko…. Eko pun lalu mengubah posisinya menjadi ‘missionary position’. Sambil penisnya terus mengocok kemaluanku, tubuhnya pun menindih tubuhku. Wajah kami pun berhadap-hadapan dekat sekali… Sambil terus beraktivitas, Eko tersenyum padaku.

“Rat, kamu hebat sekali…,” katanya.

Aku pun tersenyum malu.

“Oh, Eko…,” bisikku. Lalu seperti sepasang kekasih, kami pun saling berciuman bibir.

Tak lama kemudian, Eko juga menggeliat menyemburkan cairannnya ke dalam lubang kemaluanku. Tubuhku terasa lemas tetapi bergetar kuat mengiringi muncratnya cairan Eko. Eko semakin mendorong pangkal pahanya ke pangkal pahaku supaya cairannya masuk semua ke tubuhku… Rasanya aku sudah orgasme enam kali ketika akhirnya Eko menggelepar dan terbaring tepat di samping tubuhku. Kami pun lalu berbaring telentang sambil berpelukan dan menikmati hasil persetubuhan kami….

Selesailah pertempuran besar antara aku dan kelima cowok siang itu di ruang karaoke. Walaupun ber-AC, namun udara saat itu tetap terasa panas. Badan kami bercucuran keringat. Apalagi aku, karena selain basah oleh keringatku sendiri, juga bercampur dengan keringat kelima cowok yang barusan menyetubuhiku…. belum lagi dengan tumpahan air mani mereka yang berceceran di seluruh bagian tubuhku….

Setelah itu, semuanya terdiam. Tak ada satu pun di antara kami yang saling bercakap. Beberapa cowok tertidur karena kelelahan. Akhirnya, beberapa puluh menit kemudian, kami pun berbenah-benah.

Celakanya, di kamar itu tidak ada kamar mandi. Akhirnya, aku hanya mengelap cairan kelima lelaki yang memenuhi lubang vaginaku dan menetes ke pahaku dengan bra dan celana dalamku saja. Lalu aku memakai bra dan celana dalamku yang agak basah dan lengket itu. Disusul dengan blouse, rok serta blazer yang tadinya bertebaran di lantai. Yang membuatku senang, Eko ikut membantuku berpakaian. Paling tidak, aku merasa dihargai dan tidak sekedar menjadi pemuas nafsu mereka…. Mereka pun segera memakai kembali baju dan celananya.

Jam lima sore, kami keluar dari karaoke itu. Berarti empat jam sudah kami berada di dalamnya karena kami masuk pada pukul satu siang. Sedangkan aku sendiri digilir oleh mereka lebih kurang selama satu setengah jam non-stop. Waah, aku kagum juga dengan daya tahanku…. walaupun rasanya kakiku pegal-pegal dan ngilu. Begitu juga selangkanganku dan mulutku….

Waktu melewati kasir rasanya aku malu juga. Walaupun mereka tidak tahu apa yang terjadi di dalam tapi wajahku tetap merasa memerah. Make up ku telah berantakan dan rasanya minyak wangiku telah berubah menjadi bau aroma air mani….

Mungkin kasir wanita itu bisa mengendus baunya… atau malah mungkin ia sedang membayangkan kejadian yang baru saja kualami. Sementara itu, di paha dan kakiku terasa mani mereka merembes mengalir keluar dari lubang vaginaku.

Untung sesampainya di rumah, suamiku belum pulang… Cepat-cepat aku ke kamar mandi membersihkan tubuh dan pakaianku.

Ternyata, malamnya suamiku menagih jatahnya juga… Untung aku sudah membersihkan badanku dan menyemprotkan minyak wangi untuk menghilangkan aroma sperma kelima cowok itu…

Walaupun komentar suamiku membuatku deg-degan, mudah-mudahan ia tidak curiga….

“Rat, punyamu kok rasanya lain banget… tebel…,” bisik suamiku di telingaku…

“Terima kasih, ya… Enak…,” lanjut suamiku setelah ia menyemprotkan cairannya beberapa menit kemudian. Lalu ia tertidur pulas di sampingku. Ia tidak tahu sudah jadi orang keenam hari itu yang memuncratkan cairannya untukku.
Anda Telah Istri Yang Selingkuh masih tahan dengan Cerita Sek dewasa bergambar dan Foto Memek Bugil dari TerMulus.com jangan lupa bila suka dengan Istri Yang Selingkuh jangan lupa untuk menyimpan halaman ini dengan menekan ctrl + D. Terima Kasih Telah datang Istri Yang Selingkuh.

AKU SEKRETARIS YANG BERCINTA DENGAN BOSKU


Aku Sekretaris yang Bercinta dengan Bosku – Selepas sekolah aku kuliah di akademi sekertaris. Aku pisah dengan keluarga dan tinggal sendiri. Tak jarang rasa sepi terasa saat jauh dari keluarga. Untunglah aku memiliki teman akrab yang dapat menghilangkan rasa sepi. Namanya Selly ia teman kampusku dan kebetulan kami satu kost.

Selly memang supel. Ia memiliki banyak teman dan kenalan. Sering ia memperkenalkan aku dengan teman-temannya. Tak jarang teman prianya mencoba untuk berpacaran denganku. Katanya sih aku cantik dan memiliki penampilan yang begitulah.

Akhirnya aku berpacaran dengan kenalan Selly. Namanya Daniel. Ia sangat gigih untuk meluluhkan hatiku. Bisa dibilang temanku Selly memiliki pergaulan yang bebas. Memang ia memiliki banyak pacar dan tak jarang mereka menginap di kamar Selly.

Memang tempat kostku bagus dan bebas. Dan terkadang pacarku sering pulang malam. Tapi kami hanya mengobrol dan tidak melakukan apa-apa. Mungkin, karena Daniel cara berpacarannya jauh, terkadang ia mencoba untuk menaklukan tubuhku.

Baru kali aku menerima pria sebagai pacarku. Awalnya Daniel mencoba untuk mencium bibirku. Tapi aku menghindar dan menolaknya. Tapi karena usahanya yang gigih akhirnya bibir ini kuberikan. Hampir setiap bertemu ia melahap bibirku. Seakan tiada pertemuan tanpa berciuman. Tahap demi tahap usahanya berhasil membuatku memberikan tubuhku. Mulai dari bibir, dadaku dan kepolosan tubuhku yang tanpa sehelai pakaian. Kecuali keperawananku.

Sering Daniel meminta keperawananku. Tapi kutolak, kuanggap sudah semua kuberi. Kecuali satu ini. Setiap bertemu tubuhku selalu polos, karena Daniel selalu melucuti pakaianku. Awalnya aku merasa canggung. Awalnya aku hanya kasihan, mungkin karena kelembutan Daniel aku malah menyukai hal ini.

Aku memiliki komputer di kamar kostku. Sering Daniel membawakan film. Tapi lama-lama aku diajak nonton film XxX. Awalnya aku risih, karena merasa seperti lihat tubuh sendiri. Aku jijik melihat adegan-adegan itu. Tapi karena Daniel memberikan kelembutan disaat kami menonton, perlahan aku suka.

Kuanggap sebagai pelajaran. Beberapa lama kemudian aku mempraktekkannya. Aku mencontoh beberapa adegan dan aku menyukainya. Sampai kuberikan liangku, tapi aku tetap perawan karena hanya liang belakangku yang kuberikan. karena kasihan terhadap Daniel yang menginginkan bersetubuh denganku.

Awalnya aku agak risih dan aneh. Tapi rasa nikmat yang kurasakan malah membuatku ketagihan. Sampai-sampai aku beronani saat kusendiri. Makin diasah rasanya aku makin butuh. Sampai kurobek sendiri selaput daraku dengan jari-jariku. Daniel tidak tahu hal ini. Kurasakan kenikmatan yang berbeda disaat liang vaginaku dimasuki sesuatu.

Saat malam minggu, Daniel dan aku bercumbu seperti biasanya. Sampai kami benar-benar terangsang dan sodomi kami lakukan. Aku menikmatinya, entah Daniel. Beberapa kali kurasakan semburan Daniel di liang anusku. Sampai-sampai liangku sangat licin.

Akhirnya aku kelelahan dan kulihat Daniel ke kamar mandi. Sesaat kuterlelap. Beberapa lama kuterlelap. Sesaat kutersadar dan kurasakan kakiku mengangkang lebar. Terasa sentuhan yang lembut merangsang daerah sensitifku. Dengan reflek, dada dan daguku terangkat tinggi.

Ah, birahiku mengalir di dalam darahku. Sesaat nafasku berburu, kumendesah. Kemudian kurasakan tubuhku dipeluk. Kurasakan bibir vaginaku tersentuh sesuatu. Perlahan suatu benda memasuki liang vaginaku. Sekejap kutahan nafas dan kurasakan nikmat seiring benda yang memasuki liangku. “Ooouuhh,” terucap seiring liangku tertancap dalam. Mataku tak dapat kubuka lebar karena kunikmati kejadian ini. Perlahan terlihat sosok Daniel.

Kurasakan Daniel mengeluar-masukkan miliknya perlahan. Mengapa kurasakan kelembutan dan kenikmatan dari sentuhannya. Beberapa lama kurasakan semburan di liangku. Aahh, rasanya, membuat rasa yang.. Sesaat kemudian kurasakan puncakku.

Kudekap erat Daniel dan sesaat tubuhku menegang. Setelah itu kubenar-benar tersadar dan rasa bingung, sedih, kecewa dan senang bercampur aduk di hatiku. Rasa malu tersimpan di hatiku. Harga diriku sesaat hilang bersama persetubuhan itu. Beberapa kali Daniel menyetubuhiku. Tapi rasa klimaks yang kurasakan setiap berhubungan, membuatku ketagihan.

Akhirnya aku lulus kuliah. Dan Aku menjadi sekretaris hot. Bosku baik. Ia sudah menikah. Kurasakan orangnya lembut. Entah mengapa, lambat laun aku menyukainya. Perasaan sama kurasakan dari sikapnya. Kulihat ia rajin datang.

Kami sering bersama dan kami sering mengobrol di dalam ruangannya. Awalnya kami berbincang. Akhirnya kami saling terbuka dan membicarakan tentang hal yang pribadi. Sesaat kami bertatapan. Rasa getaran yang kuat mengalir di tubuhku di saat dekat dengannya

Mungkin karena rokku yang pendek membuat ia terangsang. Beberapa kali tangannya menyentuh pahaku. Awalnya aku ingin menolaknya. Tapi apa salahnya, maka kubiarkan. Karena sikapku ini Pak Rian semakin sering memegang pahaku.

Tak jarang ia mengelus-elus dan bertahap menyusup ke selangkanganku. Sebenarnya aku ingin menepis perbuatannya. Mungkin karena aku menyukai, sentuhannya maka kubiarkan. Tampaknya ia merasa dapat lampu hijau dariku.

Tangannya awalnya meraba pahaku dan akhirnya merembet ke selangkanganku, aku bingung haru berbuat apa. Aku hanya bisa diam, kemudian ia mengangkat rokku, merangkulku. Bibirnya menciumi kupingku, leher dan bibirku. Aku bingung harus bagaimana.

Hari-hari berikutnya ia melakukan hal ini terus. Suatu saat ia mencumbuku, kurasakan tangannya perlahan mengelus dari pahaku, pinggul, perut dan naik ke dada. Sesaat kami terdiam. Rasa campur aduk di hatiku. Serasa aku ingin memarahinya. Tapi aku tak dapat. Ia atasanku, dan sebetulnya aku menyukai hal ini.

Karena kuterdiam ia semakin menjadi. Dadaku ia raba-raba lalu diremasnya. “Dadamu empuk ya, besar loh,” bisik bosku. Kurasakan di dadaku mengalir rangsangan. Putingku terasa mengeras, nyilu dan nikmat. Rasanya kusuka. Kutak sanggup bergerak karena birahiku muncul.

Beberapa lama kurasakan tangannya menikmati dadaku. Kemudian bibirku juga ia nikmati. Kurasakan bibirku dilahap dengan nafsunya. Beberapa lama mulai kurasakan kelembutannya. Kubalas kecupan bibirnya, lidahnya dan hisapan terhadap air liurku.

Beberapa lama kurasakan tanganku mulai sanggup bergerak. Perlahan kugerakkan dan kuhampiri pipinya. Lalu pipinya tersentuh tanganku dan kuelus-elus sebagai tanda kumenikmatinya. Kurasakan kemejaku keluar dari rokku.

Ternyata Pak Rian mengangkatnya. Tangannya kurasakan menyusup dari perutku. Kurasakan sentuhan tangannya membuai perut lalu naik mendekap braku. Terbuai kulit dadaku. Beberapa lama kemudian tangannya menelusuri tali BH-ku dan akhirnya sampai dikaitan BH-ku.

Kurasakan tangannya mengelus punggungku sesaat. Lalu kurasakan kaitan bra-ku lepas. Pak Rian melepaskannya. Kurasakan jemarinya berjalan meraba punggunku dan akhirnya mendekap buah dadaku. “Tanpa bra lebih besar, lebih terasa,” bisik Pak Rian.

Kurasakan tubuhku memasrah. Jemarinya memainkan putingku. Rasanya nyilu dan nikmat. Sekilas wajahku ke samping dan tertunduk. Perlahan kuhisap dan kugigit lembut bibir bawahku. Dadaku terangkat dengan reflek, seakan kusodorkan ke Pak Rian.

Kurasakan tangan Pak Rian keluar dan tak menyusup lagi. Bibirku ia kecup lagi. Perlahan tangannya kurasakan menyusup di celah lengan kemejaku. Tali bra-ku kurasakan ditariknya keluar sampai ke ujung jemariku tanganku. Sesaat kemudian taliku yang satunya juga ia lepaskan, kini tiada yang menahan bra-ku. Kemudian tangannya menyusup ke dalam kemejaku lagi.

Penyangga buah dadaku kurasakan turun dan lepas keluar ditarik tangannya. Sesaat kurasakan putingku menyentuh langsung kemejaku. Lalu tangannya meremas-remas kemejaku yang menutupi langsung buah dadaku. Kemudian kurasakan putingku ia gelitik dengan lembut. Aahh, nikmat rasanya.

Sesaat terdengar dering telpon. Kami terhenti dan Pak Rian segera mengangkatnya. Sesaat terlihat kedua titik dadaku oleh mataku. “Kamu temenin aku nanti ya!” sahut Pak Rian kepadaku saat berbincang di telepon. Aku rasa aku harus memakai bra-ku lagi. Tidak enak bila terlihat karyawan lain.

Sesaat kulepaskan kancingku satu persatu dan kulepaskan kemeja sekretaris hot ku sambil membelakangi Pak Rian. Sesaat kurasakan tubuhku didekap dari belakang. “Badan kamu bagus,” sambil tangannya meraba dan meremas buah dadaku lagi. Telingaku ia cumbu. Kemudian ia ajak lagi aku ke tempat duduk.

Lalu ia duduk dan kedua tanganku ditarik sehingga aku mendudukinya secara berhadapan. Rokku terangkat dan celana dalamku terlihat jelas. Mulutnya segera melahap dadaku. Salah satu tangannya memelukku dan satunya lagi menikmati dadaku yang tersisa. Mataku terpejam sambil menikmati sentuhannya.

Beberapa lama ia menikmati buah dadaku. Ada teleon berbunyi. “Udah dulu, kita berangkat ya,” ucapnya setelah beberapa lama melahap tubuhku. Aku segera memakai dan merapikan pakaianku. Ia memintaku menemaninya rapat di pantai utara Jakarta. Setelah itu kami menyempatkan berbincang sambil melihat matahari terbenam di ujung laut.

Perlahan sore selesai dan mendung perlahan menutupi langit. Angin perlahan berhembus kencang dan gerimis turun. Akhirnya kami bergegas masuk kemobil. Perlahan hujan turun. Suasana di luar terlihat gelap. Rasa tenang aku rasakan di dalam mobil. Setelah lama mengobrol di mobil. Kulihat di sekitar mobil banyak yang berhenti parkir dan kadang ada yang bergoyang.

Mata Pak Rian kulihat menatapku. Lalu ia pindah ke tempat dudukku. Bibirnya segera melahap bibirku. Aku tak mau kalah dan kami bersaing. Kurasakan buah dadaku diraba tangannya, lalu diremas-remas dengan lembut.

Sesaat kemudian kancing bajuku kurasakan dilepas satu-persatu, rasanya tali bra-ku juga dilepas. Dadaku ia telajangi. Perlahan bibirnya turun dari bibir, leher, pundak, sesaat senderan kursiku ia rebahkan dan kemudian buah dadaku ia lahap.

Daguku terangkat dan dadaku membusung ke mulutnya. Kurasakan nikmat, terkadang wajahku kuhadapkan ke kanan atau ke kiri sambil kugigit lembut bibir bawahku. Kurasakan pahaku ia raba dan kemudian ke celana dalamku.

Beberapa lama kemudian kurasakan celana dalamku ia tarik dan lepaskan. Rokku juga tak ketinggalan. Kurasakan hembusan AC mobil membuai tubuhku bersama jemari Pak Rian yang meraba-raba hampir seluruh tubuhku dengan kehangatannya.

Buah dada dan bibirku ia gilir. Kurasakan tangannya turun dari perut ke tonjolan sensitifku. Lalu ia mainkan dan perlahan jarinya meraba bibir vaginaku yang sudah basah. Sesaat kurasakan liang vaginaku ia masuki dengan jarinya.

“Ooouuhh,” ucapku sesaat.

Kurasakan jarinya keluar-masuk di liangku. Beberapa lama kurasakan tubuhnya menindih tubuhku. Kurasakan ia membuka celananya. Kakiku ia buat melebar, lalu kurasakan bibir vaginaku tersentuh miliknya, sesaat liangku ia tancap sampai dalam dengan mudah.

“Oouuhh,” ucapku sesaat lagi.

Kurasa aku yang seorang sekretaris hot ini sudah basah. Tanpa tahapan ia langsung mengeluar-masukkan miliknya dengan cepat. Kutaksanggup menahan rasa nikmat. Desahan demi desahan akhirnya terlepas dari mulutku. Tubuhku menjadi pasrah menikmati sentuhannya. Rasa nikmat membuatku cepat mencapai puncak. Beberapa lama kemudian kurasakan miliknya menyembur liang vaginaku.

“Ooouuhh.. aahh..” terlepas dari mulutku seiring menikmati semburannya yang terasa hangat di liangku.

Akhirnya kami istirahat sesaat. Mungkin karena suasana yang nikmat, kami akhirnya mengulangi beberapa kali. Keesokannya ia menjadikan aku merangkap sekretaris hot pribadinya. Ia meminta aku tinggal di apartermen barunya. Kami semakin sering berhubungan. Mungkin hampir setiap hari. Aku juga membantunya memperlicin kerjasama dengan klien usahanya.

Dari situ aku banyak mengenal orang-orang tertentu. Dan kunikmati petualangan seks ini. Mungkin karena aku menyukainya, aku bersedia jadi sekretaris hot dan istri mudanya.

RELATED POST

Cerita Dewasa Online Pramugari Yang Cantik


Aku adalah mahasiswi disebuah universitas swasta di kota Awal mula aku mengalami Making Love dengan seorang wanita yang mengubah orientasi seksualku menjadi seorang biseksual, aku mengalami percintaan sesama jenis ketika usiaku 20 tahun dengan seorang wanita berusia 45 tahun, entah mengapa semuanya terjadi begitu saja terjadi mungkin ada dorongan libidoku yang ikut menunjang semua itu dan semua ini telah kuceritakan dalam Rahasiaku.

Wanita itu adalah Ibu Kosku, ia bernama Tante Maria, suaminya seorang pedagang yang sering keluar kota. Dan akibat dari pengalaman bercinta dengannya aku mendapat pelayanan istimewa dari Ibu Kosku, tetapi aku tak ingin menjadi lesbian sejati, sehingga aku sering menolak bila diajak bercinta dengannya, walaupun Tante Maria sering merayuku tetapi aku dapat menolaknya dengan cara yang halus, dengan alasan ada laporan yang harus kukumpulkan besok, atau ada test esok hari sehingga aku harus konsentrasi belajar, semula aku ada niat untuk pindah kos tetapi Tante Maria memohon agar aku tidak pindah kos dengan syarat aku tidak diganggu lagi olehnya, dan ia pun setuju. Sehingga walaupun aku pernah bercinta dengannya seperti seorang suami istri tetapi aku tak ingin jatuh cinta kepadanya, kadang aku kasihan kepadanya bila ia sangat memerlukanku tetapi aku harus seolah tidak memperdulikannya. Kadang aku heran juga dengan sikapnya ketika suaminya pulang kerumah mereka seakan tidak akur, sehingga mereka berada pada kamar yang terpisah.

Hingga suatu hari ketika aku pulang malam hari setelah menonton bioskop dengan teman priaku, waktu itu jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, karena aku mempunyai kunci sendiri maka aku membuka pintu depan, suasana amat sepi lampu depan sudah padam, kulihat lampu menyala dari balik pintu kamar kos pramugari itu,
Hmm.. ia sudah datang, gumamku, aku langsung menuju kamarku yang letaknya bersebelahan dengan kamar pramugari itu. aku bersihkan wajahku dan berganti pakaian dengan baju piyamaku, lalu aku menuju ke pembaringan, tibatiba terdengar rintihanrintihan yang aneh dari kamar sebelah. Aku jadi penasaran karena suara itu sempat membuatku takut, kucoba memberanikan diri untuk mengintip kamar sebelah karena kebetulan ada celah udara antara kamarku dengan kamar pramugari itu, walaupun ditutup triplek aku mencoba untuk melobanginya, kuambil meja agar aku dapat menjangkau lubang udara yang tertutup triplek itu.
Lalu pelan pelan kutusukan gunting tajam agar triplek itu berlobang, betapa terkejutnya aku ketika kulihat pemandangan di kamar sebelahku. Aku melihat Tante Maria menindih seorang wanita yang kelihatan lebih tinggi, berkulit putih, dan berambut panjang, mereka berdua dalam keadaan bugil, lampu kamarnya tidak dipadamkan sehingga aku dapat melihat jelas Tante Maria sedang berciuman bibir dengan wanita itu yang mungkin pramugari itu. Ketika Tante Maria menciumi lehernya, aku dapat melihat wajah pramugari itu, dan ia sangat cantik wajahnya bersih dan mempunyai ciri khas seorang keturunan ningrat. Ternyata pramugari itu juga terkena rayuan Tante Maria, ia memang sangat mahir membuat wanita takluk kepadanya, dengan sangat hatihati Tante Maria menjilati leher dan turun terus ke bawah. Bibir pramugari itu menganga dan mengeluarkan desahandesahan birahi yang khas, wajahnya memerah dan matanya tertutup sayu menikmati kebuasan Tante Maria menikmati tubuhnya itu. Tangan Tante Maria mulai memilin puting payudara pramugari itu, sementara bibirnya menggigit kecil puting payudara sebelahnya. Jantungku berdetak sangat kencang sekali menikmati adegan itu, belum pernah aku melihat adegan lesbianisme secara langsung, walaupun aku pernah merasakannya. Dan ini membuat libidiku naik tinggi sekali, aku tak tahan berdiri lama, kakiku gemetaran, lalu aku turun dari meja tempat aku berpijak, walau aku masih ingin menyaksikan adegan mereka berdua.
Dadaku masih bergemuru. Entah mengapa aku juga ingin mengalami seperti yang mereka lakukan. Kupegangi liang vaginaku, dan kuraba klitorisku, seiring eranganerangan dari kamar sebelah aku bermasturbasi sendiri. Tangan kananku menjentikjentikan klitorisku dan tangan kiriku memilinmilin payudaraku sendiri, kubayangkan Tante Maria mencumbuiku dan aku membayangkan juga wajah cantik pramugari itu menciumiku, dan tak terasa cairan membasahi tanganku, walaupun aku belum orgasme tapi tibatiba semua gelap dan ketika kubuka mataku, matahari pagi sudah bersinar sangat terang.
Aku mandi membersihkan diriku, karena tadi malam aku tidak sempat membersihkan diriku. Aku keluar kamar dan kulihat mereka berdua sedang bercanda di sofa. Ketika aku datang mereka berdua diam seolah kaget dengan kehadiranku. Tante Maria memperkenalkan pramugari itu kepadaku,
Rus, kenalkan ini pramugari kamar sebelahmu.
Kusorongkan tangan kepadanya untuk berjabat tangan dan ia membalasnya,
Hai, cantik namaku Vera, namamu aku sudah tahu dari Ibu Kos, semoga kita dapat menjadi teman yang baik.
Kulihat sinar matanya sangat agresif kepadaku, wajahnya memang sangat cantik, membuatku terpesona sekaligus iri kepadanya, ia memang sempurna. Aku menjawab dengan antusias juga,
Hai, Kak, kamu juga cantik sekali, baru pulang tadi malam.
Dan ia mengangguk kepala saja, aku tak tahu apa lagi yang diceritakan Tante Maria kepadanya tentang diriku, tapi aku tak peduli kami beranjak ke meja makan. Di meja makan sudah tersedia semua masakan yang dihidangkan oleh Tante Maria, kami bertiga makan bersama. Kurasakan ia sering melirikku walaupun aku juga sesekali meliriknya, entah mengapa dadaku bergetar ketika tatapanku beradu dengan tatapannya.
Tibatiba Tante Maria memecahkan kesunyian,
Hari ini Tante harus menjenguk saudara Tante yang sakit, dan bila ada telpon untuk Tante atau dari suami Tante, tolong katakan Tante ke rumah Tante Diana.
Kami berdua mengangguk tanda mengerti, dan selang beberapa menit kemudian Tante Maria pergi menuju rumah saudaranya. Dan tinggallah aku dan Vera sang pramugari itu, untuk memulai pembicaraan aku mengajukan pertanyaan kepadanya,
Kak Vera, rupanya sudah kos lama disini.
Dan Vera pun menjawab, Yah, belum terlalu lama, baru setahun, tapi aku sering bepergian, asalku sendiri dari kota Y, aku kos disini hanya untuk beristirahat bila perusahaan mengharuskan aku untuk menunggu shift disini.
Aku mengamati gaya bicaranya yang lemah lembut menunjukan ciri khas daerahnya, tubuhnya tinggi semampai. Dari percakapan kami, kutahu ia baru berumur 26 tahun. Tibatiba ia menanyakan hubunganku dengan Tante Maria. Aku sempat kaget tetapi kucoba menenangkan diriku bahwa Tante Maria sangat baik kepadaku. Tetapi rasa kagetku tidak berhenti disitu saja, karena Vera mengakui hubungannya dengan Tante Maria sudah merupakan hubungan percintaan.
Aku purapura kaget,
Bagaimana mungkin kakak bercinta dengannya, apakah kakak seorang lesbian, kataku.
Vera menjawab, Entahlah, aku tak pernah berhasil dengan beberapa pria, aku sering dikhianati pria, untung aku berusaha kuat, dan ketika kos disini aku dapat merasakan kenyamanan dengan Tante Maria, walaupun Tante Maria bukan yang pertama bagiku, karena aku pertama kali bercinta dengan wanita yaitu dengan seniorku.
Kini aku baru mengerti rahasianya, tetapi mengapa ia mau membocorkan rahasianya kepadaku aku masih belum mengerti, sehingga aku mencoba bertanya kepadanya,
Mengapa kakak membocorkan rahasia kakak kepadaku.
Dan Vera menjawab, Karena aku mempercayaimu, aku ingin kau lebih dari seorang sahabat.
Aku sedikit kaget walaupun aku tahu isyarat itu, aku tahu ia ingin tidur denganku, tetapi dengan Vera sangat berbeda karena aku juga ingin tidur dengannya. Aku tertunduk dan berpikir untuk menjawabnya, tetapi tibatiba tangan kanannya sudah menyentuh daguku.
Ia tersenyum sangat manis sekali, aku membalas senyumannya. Lalu bibirnya mendekat ke bibirku dan aku menunggu saat bibirnya menyentuhku, begitu bibirnya menyentuh bibirku aku rasakan hangat dan basah, aku membalasnya. Lidahnya menyapu bibirku yang sedkit kering, sementara bibirku juga merasakan hangatnya bibirnya. Lidahnya memasuki rongga mulutku dan kami seperti saling memakan satu sama lain. Sementara aku fokus kepada pagutan bibirku, kurasakan tangannya membuka paksa baju kaosku, bahkan ia merobek baju kaosku. Walau terkejut tapi kubiarkan ia melakukan semuanya, dan aku membalasnya kubuka baju dasternya. Ciuman bibir kami tertahan sebentar karena dasternya yang kubuka harus dibuka melewati wajahnya.

Kulihat Bra hitamnya menopang payudaranya yang lumayan besar, hampir seukuran denganku tetapi payudaranya lebih besar. Ketika ia mendongakkan kepalanya tanpa menunggu, aku cium leher jenjangnya yang sexy, sementara tanggannya melepas braku seraya meremasremas payudaraku. Aku sangat bernafsu saat itu aku ingin juga merasakan kedua puting payudaranya. Kulucuti Bra hitamnya dan tersembul putingnya merah muda tampak menegang, dengan cepat kukulum putingnya yang segar itu. Kudengar ia melenguh kencang seperti seekor sapi, tapi lenguhan itu sangat indah kudengar. Kunikmati lekuklekuk tubuhnya, baru kurasakan saat ini seperti seorang pria, dan aku mulai tak dapat menahan diriku lalu kurebahkan Vera di sofa itu. Kujilati semua bagian tubuhnya, kulepas celana dalamnya dan lidahku mulai memainkan perannya seperti yang diajarkan Tante Maria kepadaku. Entah karena nafsuku yang menggebu sehingga aku tidak jijik untuk menjilati semua bagian analnya. Sementara tubuh Vera menegang dan Vera menjambak rambutku, ia seperti menahan kekuatan dasyat yang melingkupinya.
Ketika sedang asyik kurasakan tubuh Vera, tibatiba pintu depan berderit terbuka. Spontan kami berdua mengalihkan pandangan ke kamar tamu, dan Tante Maria sudah berdiri di depan pintu. Aku agak kaget tetapi matanya terbelalak melihat kami berdua berbugil. Dijatuhkannya barang bawaannya dan tanpa basabasi ia membuka semua baju yang dikenakannya, lalu menghampiri Vera yang terbaring disofa. Diciuminya bibirnya, lalu dijilatinya leher Vera secara membabi buta, dan tanggannya yang satu mencoba meraihku. Aku tahu maksud Tante Maria, kudekatkan wajahku kepadanya, tibatiba wajahnya beralih ke wajahku dan bibirnya menciumi bibirku. aku membalasnya, dan Vera mencoba berdiri kurasakan payudaraku dikulum oleh lidah Vera. Aku benarbenar merasakan sensasi yang luar biasa kami bercinta bertiga. Untung waktu itu hujan mulai datang sehingga lingkungan mulai berubah menjadi dingin, dan keadaan mulai temaram. Vera kini melampiaskan nafsunya menjarah dan menikmati tubuhku, sementara aku berciuman dengan Tante Maria. Vera menghisap klitorisku, aku tak tahu perasaan apa pada saat itu. Setelah mulut Tante Maria meluncur ke leherku aku berteriak keras seakan tak peduli ada yang mendengar suaraku. Aku sangat tergetar secara jiwa dan raga oleh kenikmatan sensasi saat itu.
Kini giliranku yang dibaringkan di sofa, dan Vera masih mengoral klitorisku, sementara Tante Maria memutarmutarkan lidahnya di payudaraku. Akupun menjilati payudara Tante Maria yang sedikit kusut di makan usia, kurasakan lidahlidah mereka mulai menuruni tubuhku. Lidah Vera menjelejah pahaku dan lidah Tante Maria mulai menjelajah bagian sensitifku. Pahaku dibuka lebar oleh Vera, sementara Tante Maria mengulangi apa yang telah dilakukan Vera tadi, dan kini Vera berdiri dan kulihat ia menikmati tubuh Tante Maria. Dijilatinya punggung Tante Maria yang menindihku dengan posisi 69, dan Vera menelusuri tubuh Tante Maria. Tetapi kemudian ia menatapku dan dalam keadaan setengah terbuai oleh kenikmatan lidah Tante Maria. Vera menciumi bibirku dan aku membalasnya juga, hingga tak terasa kami berjatuhan dilantai yang dingin. Aku sangat lelah sekali dikeroyok oleh mereka berdua, sehingga aku mulai pasif. Tetapi mereka masih sangat agresif sekali, seperti tidak kehabisan akal Vera mengangkatku dan mendudukan tubuhku di kedua pahanya, aku hanya pasrah. Sementara dari belakang Tante Maria menciumi leherku yang berkeringat, dan Vera dalam posisi berhadapan denganku, ia menikmatiku, menjilati leherku, dan mengulum payudaraku. Sementara tangan mereka berdua menggerayangi seluruh tubuhku, sedangkan tanganku kulingkarkan kebelakang untuk menjangkau rambut Tante Maria yang menciumi tengkuk dan seluruh punggungku.
Entah berapa banyak rintihan dan erangan yang keluar dari mulutku, tetapi seakan mereka makin buas melahap diriku. Akhirnya aku menyerah kalah aku tak kuat lagi menahan segalanya aku jatuh tertidur, tetapi sebelum aku jatuh tertidur kudengar lirih mereka masih saling menghamburkan gairahnya. Saat aku terbangun adalah ketika kudengar dentang bel jam berbunyi dua kali, ternyata sudah jam dua malam hari. Masih kurasakan dinginnya lantai dan hangatnya kedua tubuh wanita yang tertidur disampingku. Aku mencoba untuk duduk, kulihat sekelilingku sangat gelap karena tidak ada yang menyalakan lampu, dan kucoba berdiri untuk menyalakan semua lampu. Kulihat baju berserakan dimanamana, dan tubuh telanjang dua wanita masih terbuai lemas dan tak berdaya. Kuambilkan selimut untuk mereka berdua dan aku sendiri melanjutkan tidurku di lantai bersama mereka. Kulihat wajah cantik Vera, dan wajah anggun Tante Maria, dan aku peluk mereka berdua hingga sinar matahari datang menyelinap di kamar itu.
Pagi datang dan aku harus kembali pergi kuliah, tetapi ketika mandi seseorang mengetuk pintu kamar mandi dan ketika kubuka ternyata Vera dan Tante Maria. Mereka masuk dan di dalam kamar mandi kami melakukan lagi pesta seks ala lesbi. Kini Vera yang dijadikan pusat eksplotasi, seperti biasanya Tante Maria menggarap dari belakang dan aku menggarap Vera dari depan. Semua dilakukan dalam posisi berdiri. Tubuh Vera yang tinggi semampai membuat aku tak lamalama untuk berciuman dengannya aku lebih memfokuskan untuk melahap buah dadanya yang besar itu. Sementara tangan Tante Maria membelaibelai daerah sensitif Vera. Dan tanganku menikmati lekuk tubuh Vera yang memang sangat aduhai. Percintaan kami dikamar mandi dilanjutkan di ranjang suami Tante Maria yang memang berukuran besar, sehingga kami bertiga bebas untuk berguling, dan melakukan semua kepuasan yang ingin kami rengkuh. Hingga pada hari itu aku benarbenar membolos masuk kuliah.
Harihari berlalu dan kami bertiga melakukan secara bergantiganti. Ketika Vera belum bertugas aku lebih banyak bercinta dengan Vera, tetapi setelah seminggu Vera kembali bertugas ada ketakutan kehilangan akan dia. Mungkin aku sudah jatuh cinta dengan Vera, dan ia pun merasa begitu. Malam sebelum Vera bertugas aku dan Vera menyewa kamar hotel berbintang dan kami melampiaskan perasaan kami dan benarbenar tanpa nafsu. Aku dan Vera telah menjadi kekasih sesama jenis. Malam itu seperti malam pertama bagiku dan bagi Vera, tanpa ada gangguan dari Tante Maria. Kami bercinta seperti perkelahian macan yang lapar akan kasih sayang, dan setelah malam itu Vera bertugas di perusahaan maskapai penerbangannya ke bangkok.
Entah mengapa kepergiannya ke bandara sempat membuatku menitikan air mata, dan mungkin aku telah menjadi lesbian. Karena Vera membuat hatiku dipenuhi kerinduan akan dirinya, dan aku masih menunggu Vera di kos Tante Maria. Walaupun aku selalu menolak untuk bercinta dengan Tante Maria, tetapi saat pembayaran kos, Tante Maria tak ingin dibayar dengan uang tetapi dengan kehangatan tubuhku di ranjang. Sehingga setiap satu bulan sekali aku melayaninya dengan senang hati walaupun kini aku mulai melirik wanita lainnya, dan untuk pengalamanku selanjutnya kuceritakan dalam kesempatan yang lain.

Selingkuh Yuk!!


Yayuk adalah adalah sepupu Ibuku, pada usia 24 tahun gadis yang masih terlihat polos ini dilamar dan dinikahkan dengan Heru, seorang sarjana ekonomi yang pada waktu itu sudah berdinas sebagai Staf Muda kantor pajak di salah satu kota di Kalimantan. Setelah menikah Yayuk dibawa untuk tinggal di sana dan bersama mereka tinggal juga Ibu mertua Yayuk.

Setahun setelah menikah, Heru mengajak istri dan Ibunya untuk berlebaran di kampungnya di Jawa. Mereka mengambil transportasi lewat laut yang lebih murah karena dititipi untuk membawa barang-barang berupa perabot meubel pesanan seorang atasan Heru di Jawa. Waktu itu belum ada kapal penumpang Pelni yang bagus sehingga terpaksa menumpang sebuah kapal barang. Kebetulan saat menjelang Lebaran itu penumpang di semua angkutan memang penuh. Di kapal yang ditumpangi Yayuk pun semua cabin awak kapal sudah habis disewakan sehingga keluarga Yayuk tidak kebagian kamar lagi dan terpaksa menggelar tikar di salah satu geladak kapal, itu pun kebagian geladak sebelah luar yang ditutupi terpal.

Karena suasananya berangin dingin tidak menyenangkan, sesaat kapal bertolak, Yayuk yang berpembawaan berani tanpa memberitahu keluarganya diam-diam menghadap sendiri kepada Kapten kapal menanyakan kemungkinan ada kamar lagi untuk mereka. Oleh Kapten dia diminta menanyakan sendiri pada Enos, Perwira Satu yang mengatur masalah penumpang. Pergi menemui Enos di kamar kerjanya Yayuk baru di jumpa pertama sudah sempat tertegun melihat ketampanan laki-laki yang simpatik ini, tapi di situ meskipun sudah merengek-rengek ternyata memang tidak ada kamar lagi. Dalam pada itu Enos yang juga sekali melihat sudah langsung tergiur dengan kecantikan dan kemulusan Yayuk, mencoba iseng menggoda karena dinilainya perempuan muda ini jinak dan mudah didekati. Waktu itu Yayuk sedang merayu untuk diperbolehkan dia dan Ibu mertuanya menggunakan kamar kerja Enos.

“Waduh gimana ya Yuk, nanti Mas nggak punya tempat kerja lagi. Tapi… hmmm… bisa juga sih, asal nanti Yayuk sendiri tidurnya di kamar sebelah situ, gimana, bisa kan?” kata Enos yang sebetulnya sudah kasihan akan memberi cuma saja disertai iseng-iseng merayu sambil menunjuk kamar tidurnya di sebelah.
“Lho itu kan kamar tidur Mas, lalu Mas sendiri tidurnya di mana?”
“Ya sama di situ juga.”
“Ihhik… berdua di situ sih malah bukannya tidur Mas… Lagipula Ibu Yayuk nanti mau di kemanain?” jawab Yayuk tertawa malu-malu genit.
“Kan bisa aja, mula-mula berdua Ibu di sini tapi kalau Ibu sudah tidur kamunya pindah ke kamar Mas,” kata Enos semakin berani berlanjut.
“Wihhh.. itu sih nekat Mass… nanti ketauan Ibu malah rame nggak karuan,” Yayuk tertawa geli sambil memukul canda pangkal lengan Enos yang mulai merapat kepadanya.

Keduanya ketika itu berbicara sambil berdiri berhadapan.
“Kalau cuma bikin supaya nggak ketauan sih gampang, yang penting maunya dulu, nanti diaturnya belakangan.”
“Ah Mas sih guyon aja, nanti udah gitu tapi tau-taunya harga sewanya dimahalin juga?”
“Ini bener-bener serius, pokoknya kalau mau malah bisa Mas kasih gratis,” kejar lagi Enos tapi sudah mulai menarik Yayuk merapat padanya.
Enos 30 tahun, laki-laki playboy peranakan Menado-Jawa ini memang pintar memanfaatkan ketampanannya untuk menaklukkan wanita. Yakin bahwa Yayuk bisa ditaklukkan, dia makin berani apalagi dilihatnya ada kesempatan terbuka. Begitu rapat dia pun mulai merangkul pundak Yayuk.
“Tapii… gimana caranya Mass…” terdengar nada Yayuk bimbang tergiur tawaran Enos.
“Pokoknya tenang aja… Bilang mau dulu nanti Mas yang jamin pasti aman…”

Kali ini bujukan Enos sudah diikuti aksinya. Yayuk yang masih menunduk malu-malu diangkat dagunya untuk diajak bertatap mesra. Dan ketika Yayuk masih terdiam ragu, Enos sudah menunduk dan memberinya satu ciuman dalam menempel di bibirnya. Yayuk sempat gelagapan, tapi ajakan berciuman laki-laki berwajah tampan simpatik ini cepat saja memukaunya dan melambungkannya dalam asyik. Sehingga dia jadi terikut membalas melumat, saling bergelut lidah bertukar ludah. Yang begini jelas tambah memperlemah Yayuk karena tiba-tiba tubuhnya terasa melayang dipondong Enos dibawa berpindah ke kamar tidur sebelah. Tentu saja Yayuk kaget, meronta-ronta untuk lepas tapi bibirnya disumbat ketat oleh bibir Enos dan baru dilepas ketika tubuhnya sudah dibaringkan di atas tempat tidur.

“Aduhh nggak Mas, aku nggak mau..! ja.. jangan Mass, jangan sekarang..!” panik dia ingin ke luar dari kepungan Enos tapi cepat dibujuk Enos.
Yayuk memang sudah mulai terbujuk Enos tapi suasananya dianggap tidak cocok saat itu.
“Sstt, ssst tenang aja… Mas juga nggak ngajakin sekarang kok..?”
“Tapi ngapain aku dibawa ke sini!?”
“Mas cuma mau buktiin lewat ciuman tapi kuatir di sebelah situ ada yang mergokin kita, kalau di sini kan aman. Tenang aja, percaya sama Mas deh.”

Yayuk terbujuk lagi dan agak tenang, dia pun segera menerima lagi ciuman dan lumatan Enos. Kembali dia melambung dalam asyiknya berciuman, di sini Enos semakin menjadi-jadi. Tangan pelaut senior ini cepat saja menyusup lewat bawah rok Yayuk, mendarat di selangkangannya langsung meremasi bukit kemaluannya. Lagi-lagi Yayuk kaget ingin lepas tapi posisinya sudah dibuat terkunci lebih dulu oleh Enos yang sewaktu mengawali ciuman sudah naik berbaring di sebelahnya. Di atas mulutnya disumbat ciuman, masing-masing tangan yang sebelah ditindih dan sebelah lagi dicekal tangan Enos yang melingkari bawah lehernya, sementara sebelah kaki Enos pahanya menyusup di tengah selangkangan menjaga paha Yayuk tidak bisa merapat.

Semakin keras Yayuk berusaha, semakin ketat tekanan Enos dan semakin gencar terasa rangsangan Enos di kemaluannya. Bukan sekedar meremasi dari luar lagi tapi Enos sudah menyusupkan tangannya langsung bermain di bibir kemaluannya. Di situ jari-jarinya sudah meraba-raba celah lubangnya mulai mengiliki kelentitnya. Masih terakhir Yayuk berkutetan sebentar tapi kemudian kalah juga, malah mengikuti rangsangan jari Enos yang mulai meningkatkan birahinya terangkat naik. Apalagi ketika satu jari Enos ditelusupkan ke dalam lubang dan mulai mengorek-ngorek di dalam situ, Yayuk dari semula ingin berontak lepas, sekarang malah pasrah kepada Enos. Ini dibuktikan ketika Enos mengendorkan cekalan tangannya, Yayuk ternyata tidak ribut ingin lepas malah terdiam hanyut dengan mata terpejam menikmati asyik ciuman bergelut lidah sambil lubang kemaluannya dilocoki jari Enos.

Ini di luar dugaan Enos mendapati Yayuk yang kebetulan cepat sekali terangsang berahinya. Memang sadar sekarang bukan waktu yang tepat untuk bercinta tapi untuk langsung berhenti Enos tidak tega sebab dilihatnya Yayuk sudah terlalu hanyut jauh mendekati orgasmenya. “Hhghh sssh…” betul juga, mengerang pelan terdengar suara Yayuk meskipun tidak kentara tapi Enos tahu bahwa Yayuk sedang berorgasme saat itu. Sebentar digencarnya rangsangan membantu Yayuk sampai terasa mengendor barulah Enos berhenti. “Tuu kaan, percaya kalau Mas nggak mau jahat sama Yayuk. Ini cuma sekedar supaya lebih kenal deket, soalnya cewek cantik kayak Yayuk gini bikin Mas langsung gemes pengen cium sambil diremes-remes. Ayo, rapiin dulu bajunya habis itu bisa ajak Ibunya ke sini,” kata Enos dalam gaya merayu lembut simpatik untuk tetap mengambil hati Yayuk.

Caranya seperti sudah yakin bahwa Yayuk pasti akan menyetujui tawarannya tapi memang Yayuk juga seperti tersihir dengan undangan itu. Dia hanya sempat ragu-ragu waktu berjalan menemui keluarganya, cuma saja di situ dia justru mengikuti apa yang ditawarkan Enos untuk mengajak Ibu mertuanya menginap di kamar kerja Enos. Tentu saja Ibu senang dengan kebaikkan Enos, padahal Yayuk sendiri setelah itu berdebaran jantungnya menunggu pengalaman baru yang akan dialaminya malam nanti.

Kapal keluar mengarungi lautan, siang itu sudah langsung diterpa ombak membuat para penumpang mulai pening. Lewat makan malam sebagian besar sudah menggeletak lunglai termasuk Ibu dan Yayuk. Melihat itu Enos memberi pil anti mabuk pada Ibu, tapi ketika Yayuk juga minta, dia membisiki bahwa itu sebenarnya obat tidur dan Yayuk dicegah untuk ikut meminumnya. Betul juga menjelang tengah malam ibunya sudah terkulai pulas di sebelahnya dan ketika itu Enos yang sedari tadi kalau ke luar masuk lewat pintu tersendiri dari kamar tidurnya, kali ini pura-pura masuk dari pintu kamar kerja. Meyakinkan dulu bahwa Ibu benar-benar sudah pulas, dia menarik lengan Yayuk mengajaknya ke kamar sebelah. Yayuk yang sudah terkesan dengan kejadian siang tadi sudah tidak ragu-ragu untuk bergerak bangun mengikuti ajakan Enos ke kamar tidurnya. Baru saja masuk sudah langsung diangkat Enos dibaringkan di tempat tidur.

“Tapi Mass… aku masih takut kalau ketauan..” bisik Yayuk menguatirkan perasaannya.
“Nggak usah kuatir… Ibumu nggak akan bangun sampai besok pagi. Sini Mas yang bantu bukain bajunya ya…?” hibur Enos sambil menawarkan bantuannya tapi diambil alih sendiri oleh Yayuk.

Enos menutup sebentar gordyn tempat tidur yang umumnya terpasang khusus pada tempat tidur kapal, dia sendiri katanya akan ke kamar mandi dulu. Suasana ruangan remang-remang dengan hanya lampu meja menyala, di tempat tidur lebih gelap lagi terhalang oleh gordyn. Tidak lama Enos kembali hanya mengenakan sarung saja ketika naik menyusul Yayuk yang rupanya betul-betul patuh sudah bertelanjang polos menuruti permintaan Enos. Meskipun samar-samar tapi cukup jelas terpandang tubuh padat Yayuk, sudah langsung melonjakkan gairah nafsu Enos namun begitu dia tetap menjaga kelembutannya agar tidak berkesan kasar pada perkenalan pertama ini. Dipikir-pikir nekat juga Yayuk sudah langsung pasrah dengan laki-laki yang baru pertama dikenalnya ini, tapi ketampanan yang memikat serta kepintaran Enos merayu betul-betul sudah menaklukan hati Yayuk. Siang tadi keasyikan yang dialaminya sudah begitu membuatnya terkesan, sekarang berulang lagi ketika kedua bibir mulai bertemu kembali membuatnya cepat jatuh dalam birahi karena dia memang sengaja menuju ke situ. Sambil bibir bertemu kecup mesra, diterimanya rangsangan tangan Enos yang menggerayang meraba dan meremasi tubuh kewanitaannya. Beda dengan tadi, Enos tidak lagi perlu keras terburu nafsu sebab Yayuk didapatinya sudah lebih dulu pasrah, lembut saja tapi cukup mengipasi bara birahi Yayuk terbakar menyala.

“Kita bikinnya pelan-pelan aja ya? Jaga suara supaya nggak didenger Ibumu…” begitu pesan Enos yang sekaligus membuktikan pada Yayuk bahwa sebenarnya laki-laki ini kalem dan bukan type kasar. Ini makin menenangkan Yayuk dan dalam tempo sekejap dia sudah terlupa pada suaminya yang sedang meringkuk kedinginan dan pening, tidur beralaskan tikar di lantai besi di geladak yang berangin kencang, sebab dia sendiri di atas kasur empuk sedang dipeluk hangat seorang lelaki tampan yang membuainya dengan kecupan mesra diiringi asyik susunya diremas-remas, dipilin-pilin geli putting susunya. Meningkat asyik lagi ketika mulut Enos selepas ciuman merambat dengan kecupan seputar leher, menurun hingga tiba di bukit susunya, di situ berganti-ganti kedua puncak bukitnya dikerjai kecapan mulut. Yayuk mulai menggelinjang meresapi geli-geli enak pentilnya dijilat-jilat dan dihisap-hisap mulut Enos yang terlatih. Tapi yang lebih membuatnya buntu kesadaran adalah ketika Enos melengkapi rangsangan dengan merambatkan sebelah tangannya ke arah selangkangan dan mengulang permainan siang tadi.

Membuka lebih lebar jepitan paha Yayuk, begitu terkuak segera tangannya menyusup dan mengawali dengan remasan-remasan di bukit kemaluannya sebelum disusul dengan jari-jarinya mengukiri celah lembabnya. Di sini saja sudah membuat Yayuk mengejang-ngejang dengan rahang terasa kaku. Apalagi sewaktu satu jari tengah Enos disogokkan menggeseki mulut lubang kemaluannya “Serr… serr… serr…” cairan pelicinnya mulai terpompa ke luar. Tapi serasa sudah banjir, Enos kelihatan masih asyik berlambat-lambat. Padahal kalau tidak teringat pesan tadi, ingin rasanya Yayuk merengek dan menggeliat-geliat binal disengat geli seperti ini. Rupanya Enos menunggu sampai betul-betul matang, barulah dia masuk ke babak utama. Berhenti sebentar untuk membuka sarungnya membebaskan batang kemaluannya, segera dia pun berpindah mengambil posisi di tengah selangkangan Yayuk. Dibubuhinya ludah dulu diujung kepala penisnya sebelum mulai dicucukkan ke lubang kemaluan Yayuk.

“Hhngghahh…” Yayuk tersedak tenggorokannya ketika mulai menerima desakan pertama ujung batang kemaluan Enos. Maklum masih asing dengan batang baru ini meskipun diingini juga untuk melepaskan tuntutan kepuasannya. Tapi kalau nada di atas kedengaran seperti kaget belum terbiasa, sambutan di bawah justru luar biasa. Baru di pembukaan pertama Enos sudah langsung mendapatkan kehangatan Yayuk. Karena diburu oleh tuntutan laparnya, kemaluan perempuan ini bergerak seperti refleks, menjepit dan menarik batang kemaluan Enos langsung dibawa tenggelam masuk. Kontan Enos kedodoran menurunkan tubuhnya seolah-olah ikut ditarik oleh sedotan lubang kemaluan itu. Tentu saja Enos senang bukan main mendapat partner bercinta yang mengasyikkan seperti ini.

Dalam pada itu Enos dari sebelumnya sudah mempersiapkan diri, batang kemaluannya yang kebetulan punya ukuran agak lebih besar dari milik suaminya Yayuk itu sengaja diolesi obat agar tegang lebih lama. Waktu baru masuk agak meringis juga Yayuk, tapi sesudah mulai bisa menyesuaikan diri dan Enos juga membantu dengan membakar lewat kecupan-kecupan mesra di seputar wajahnya. Yayuk mulai melanjutkan lagi memainkan otot-otot lubang kemaluannya. Diputar sebentar saja dia sudah menikmati asyik yang menggaruki liang kemaluannya. Makin dikocok makin menjadi-jadi rasa itu memaksa orgasmenya mulai mendekat untuk terlepas ke luar. Apalagi berikutnya Enos menyusuli dengan juga memainkan pantatnya naik turun menggesek-gesek batang kemaluannya, Yayuk makin cepat dibawa ke puncak permainan tanpa dapat terbendung lagi. Akhirnya memeluk mencengkerami punggung Enos diapun menyentak-nyentak sewaktu mulai berorgasme.

“Hhoghh… sshhgh…” hanya suara tenggorokannya yang tersenggak mengiringi saat kepuasannya itu, berusaha disembunyikan dengan cara menggigiti pundak Enos. Enos jelas tahu keadaan Yayuk tapi dia tidak mau berhenti untuk memberi kesempatan Yayuk menarik nafas. Sebab liang kemaluan yang diputar-putar menjepit menarik-narik dan menganduk-nganduk itu sudah membuatnya terasa begitu enak, sementara dia sendiri belum kebagian terpuaskan. Repotnya buat Yayuk ialah lawan mainnya ini cukup tangguh dan berpengalaman, manalagi Enos memakai obat penunda rasa sehingga bisa berlama-lama menikmati keasyikkan permainan sementara Yayuk malah keteteran dibuatnya. Sudah banjir keringat keduanya namun permainan masih seru dan hangat sekali.

Padahal biasanya perempuan kalau terlalu lama disetubuhi sudah melemah dan menurun gairahnya, tapi batang kemaluan Enos yang keras kaku seperti ampuh untuk merangsang terus di jepitan liang kemaluana Yayuk memaksa orgasmenya keluar sambung menyambung. Sehingga ketika Enos akhirnya sampai juga pada ejakulasinya untuk pertama kali, Yayuk sendiri sudah untuk yang ke tiga kalinya. Begitu lepas Yayuk langsung terkulai lemas dengan tulang-tulang serasa dicopoti. Betul-betul lelah sekali tapi tidak urung satu hal sudah tertanam di hatinya yaitu kesan indah memuaskan sekali dari hasil permainan bersama Enos yang dinilainya begitu jantan dan batang kemaluannya pun luar biasa enaknya. Maklum, Yayuk selama ini hanya terpuaskan lewat milik suaminya saja. Dengan sendirinya begitu dapat dari Enos terasa lebih dari cukup untuk memuaskan kemaluan lapar milik Yayuk.

Kelanjutan malam itu meskipun Enos masih belum puas mengerjai Yayuk, tapi dia tidak memaksa ketika Yayuk karena perasaan takutnya berkeras untuk kembali tidur bersama Ibu mertuanya. Tapi cara Enos yang pintar mengambil hati begini justru menarik simpati Yayuk untuk mengulang lagi di malam berikutnya dengan senang hati. Begitulah selama perjalanan empat hari empat malam dari, kalau penumpang lainnya mabuk pening oleh goyang ombak lautan, Yayuk sendiri justru mabuk enak oleh goyang senggama bersama Enos. Meskipun perjumpaan singkat namun Yayuk sudah terpincuk ketagihan dengan Enos. Terbukti di saat-saat terakhir sekalipun di suasana yang boleh dibilang nekat tapi Yayuk toh mau juga menutup keisengannya bersama lelaki tampan itu.

Masih beberapa jam menjelang tiba, semua penumpang sudah sibuk mengemasi barang-barangnya. Waktu itu di kamar kerja Enos, suami dan Ibu mertua Yayuk juga sibuk mengemasi perlengkapan mereka sementara Yayuk sendiri sedang ke luar mandi. Yayuk selesai mandi dan berjalan kembali ke kamar kerja Enos, rupanya sudah ditunggu Enos di balik pintu kamar tidurnya. Begitu akan melintas di situ tiba-tiba pintu terbuka dan Enos langsung menangkap lengan Yayuk menariknya masuk ke kamar tidur itu. Karuan saja Yayuk kaget dan memberi isyarat bahwa keluarganya sedang berkumpul di sebelah. Tapi Enos berkeras sehingga meskipun serba salah terpaksa dituruti juga oleh Yayuk, apalagi di tikungan gang terdengar langkah kaki orang, Yayuk takut kalau terlihat bahwa dia sedang bertarik-tarikan dengan Enos di depan pintu.

Cepat dia meloncat masuk dan secepat itu juga buru-buru melewati celah pintu penghubung kamar sebelah yang terkuak. Pintu itu memang cuma bisa ditutup setengah dikaitkan dengan tali karena sudah rusak, tapi masih ada penghalang gordyn sehingga tidak terlihat keadaan di sini dari kamar kerja sebelah. Langsung mengambil tempat terlindung di arah ujung tempat tidur, Yayuk berdiri dengan jantung berdebaran sementara Enos membalik kaset menyetel musik untuk menunjukkan pada orang sebelah bahwa dia masih ada di kamar sekaligus untuk meredam suara kehadiran Yayuk.

“Iddihh Mas nekat ahh… kalau ketauan aku di sini gawat nantinya… Ehh, adduh! mau ngapain lagi Mass… Sebentar lagi mau nyampe aku pasti ditungguin sekarang ini..!?”
Baru saja mengeluh Yayuk sudah menyambung protes kaget karena Enos tiba-tiba mengangkat tubuhnya untuk dibaringkan di tempat tidur. Meskipun begitu suaranya ditekan untuk berbisik pelan.
“Masih jauh nyampenya Yuk… Soalnya Mas masih penasaran kamu. Nanti kapan lagi bisa ketemunya, paling-paling setelah lewat dari sini kamu lupa lagi sama Mas.”
“Ya enggak sih Mas, kan aku udah janji akan ngirimin surat buat Mas, siapa tau nanti ketemu lagi.”
“Itu sih tetap Mas tunggu, cuma untuk perpisahan sekarang ini kasih sekali yang terakhir kan boleh?” Enos menawar sambil tangannya bekerja untuk menurunkan celana dalam Yayuk.
“Tapi aku nggak enak Mass… risih aku suamiku deket sekali di sebelah. Nanti kedengeran suaraku dia curiga, gimana alasannya?” Yayuk mengutarakan keberatannya meskipun begitu dibiarkannya juga celana dalamnya dilolosi lepas oleh Enos.
“Gampang, nanti bilang aja Mas Enos lagi ngasih bekal istimewa buat Bu Heru…”
“Bekal apa… aahahngg..!?” Yayuk tersenyum geli dengan canda Enos tapi kemudian dia mengerang manja ketika tiba-tiba dirasanya celah kemaluannya kena disosor mulut Enos.

Sebentar dia kikuk kegelian mencoba untuk menolaki kepala Enos tapi karena Enos tetap berkeras, dia mengalah juga apalagi dia mulai merasakan enak kemaluannya dikerjai mulut Enos. Rasa geli-geli asyik ketika klitorisnya dijilat-jilat, digigiti gemas dan lubang kemaluannya disodok-sodok kaku ujung lidah Enos. Yayuk dengan suaminya belum pernah dipermainkan seperti ini. Jelas ketika mendapatkan permainan baru dari Enos, dia pun semakin menyukai Enos yang dinilainya pintar untuk bisa memberikan kenikmatan dan kepuasan dalam seks kepadanya. Sehingga kalau beberapa menit lalu dia masih setengah hati karena suami dan mertuanya sedang ada di sebelah, sekarang dia sudah tidak perduli apa-apa lagi. Buntu otaknya oleh rangsangan geli-geli mengasyikkan ini, menelentang diam dengan mata sayu terpejam-pejam mulut setengah menganga sambil terkangkang lebar memberikan kemaluannya yang terkuak bebas dikerjai Enos.

Enos sendiri baru kali ini melihat jelas bentuk kemaluan Yayuk, sebab selama ini selalu main dalam suasana gelap. Kontan gairah kelelakiannya terangsang oleh liang kemaluan yang montok dan menggembung menggiurkan ini, serasa rakus mulutnya mengecapi gemas-gemas nafsu diikuti jarinya mengoreki lubangnya yang lunak hangat. Asyik bermain di situ tapi lama-lama tidak tahan juga. Enos berhenti setelah melihat Yayuk sudah matang dirangsang, turun dia dari tempat tidur untuk menurunkan celananya. Berdiri di samping Yayuk kali ini dia sengaja membebaskan kemaluannya memamerkan batang telanjangnya dipandangi Yayuk dengan mata sayu bernafsu. Makin didekatkan batang itu ke muka Yayuk.

“Basahin sebentar sama ludahmu Yuk..!” pintanya menguji kesediaan Yayuk. Apa yang dimaksud segera dipenuhi Yayuk karena perempuan kalau sudah dibuktikan lebih dulu dihisap kemaluannya memang jadi murah hati. Padahal inipun masih risih dia melakukannya pada suaminya. Dalam berahinya terlupa sudah rasa risih dan jijik apalagi dengan lelaki bukan suaminya, langsung saja Yayuk mendekatkan kepalanya membawa mulutnya mencaplok kepala batang Enos. Segera dihisap-hisap dan dilocoknya bagian yang bisa tertampung di mulutnya berdasarkan nalurinya sambil memejamkan mata untuk ikut menikmati rasa yang terdapat di situ. Dia mulai mendapatkan keasyikan tersendiri dengan mengulum batang kemaluan lelaki seperti ini tapi sayangnya tidak berlama-lama karena Enos tidak ingin kehabisan waktu.

Meminta batangnya dilepas, Enos naik langsung menindih Yayuk dengan menempelkan rapat kedua kemaluan masing-masing, tapi rupanya dia belum langsung mulai, masih menggosok-gosokkan batang tegangnya di depan mulut lubang sambil mengajak Yayuk bercumbu diiringi kecupan mesra di seputar wajahnya. Kalau belum dimasukkan memang belum bereaksi, jadi Yayuk masih bisa meladeni cumbu rayu Enos, saling berbisik dengan juga membalas berkecupan sama mesranya.

“Kalau udah di rumah nanti jangan lupa sama Mas Enos, ya Yuk…?”
“He ehh.. aku nggak bakalan lupa sama Mas, abisnya pinter maennya. Tapi jangan-jangan Mas sendiri yang lupa sama Yayuk?”
“Oo nggak, Mas pasti keinget terus sama memeknya Bu Heru yang pinter ngocok sendiri ini…”
“Ngg.., kontolnya Mas Enos yang mantep…” balas Yayuk tersenyum geli.
“Bu Heru suka ya? tapi jangan bilang-bilang Pak Heru kalau memeknya dipakai Mas, ya?” kata Enos sambil mulai memasukkan batangnya di lubang kemaluan Yayuk yang sedari tadi sudah siap menganga di bawahnya. Begitu tertancap langsung disambung gerakan keluar masuknya pelan.
“Asal jangan kenceng-kenceng Maass… nanti rusak, Pak Heru di sebelah bisa marah… Sshh hmmm… enak banget kontolnya Mas Enos… enaaakk rassanya…” sambil bertimpal canda Yayuk pun segera meresap asyik garukkan batang kemaluan Enos, liang kemaluannya mulai mengimbangi dengan goyang mengocok seirama dengan Enos.
“He ehh.. sambil diputer-puter gitu Bu Heru… Iyya sshh asyik kocokkannya… sshmmm…”

Keduanya mulai tenggelam dalam asyiknya bersanggama. Sekalipun suaminya berada dekat di sebelah dan namanya disebut-sebut tapi Yayuk betul-betul sudah terlupa dengan cinta sucinya kepada sang suami. Terlupa dirinya dalam nikmat beradu kemaluan dengan lelaki yang relatif baru dikenalnya ini. Satu-satunya yang masih teringat cuma menjaga suara jangan terlepas mencurigakan. Padahal kalau saja Heru tahu apa yang terjadi di balik dinding sebelah, tentu bisa pingsan dia saking dibakar cemburu. “Ssshh nghh… aahsh mngh.. hhgh sssshh… ahh aaoohh dduhh… mmmhgng…” mungkin bisa terlepas ke kamar sebelah suara desah nafas dan erang tenggorokan keduanya yang keenakkan, tapi tentu saja Heru tidak curiga bahwa itulah erang rintih istrinya yang sedang berorgasme melepaskan kepuasannya. Kapal merapat dan penumpang turun, Enos dari anjungan atas hanya mengantar perpisahan ini dengan senyum manis disambut Yayuk yang membalas dengan juga tersenyum malu-malu geli.

Merasa Bersalah


Saya bekerja di kantor pusat salah satu bank swasta nasional terkenal. Saya bertugas di bagian system analyst. Pekerjaan saya cukup menyenangkan dan menantang bagi saya, dan saya rela bekerja sampai larut malam. Sejak saya masuk ke bagian ini, jam tidur saya jadi praktis berkurang. Sebenarnya saya sungguh beruntung. Penghasilan saya lumayan besar dan karir saya sungguh bagus. Banyak yang mengatakan saya ‘is on the right track’. Istri yang saya nikahi setengah tahun yang lalu saya sangat mencintai saya, demikian pula saya mencintainya sepenuh hati saya. Rasanya saya tidak akan pernah bisa mencintai wanita lain seperti istri saya sekarang.

Karir saya dan istri saya menyebabkan kami belum bisa bergabung dalam satu atap. Saya dan istri saya tinggal di dua kota yang terpisah cukup jauh. Kami saling kunjung-mengunjungi secara bergantian setiap 2 minggu sekali. Sungguh pun keadaannya demikian, kami merasa bahagia. Kehidupan seks kami berdua sangat baik. Saya merasa bersyukur istri saya bukanlah wanita yang anti seks. Ia sangat aktif dalam seks, bahkan cenderung memiliki nafsu seks yang sangat besar, demikian pula dengan saya. Sex bagi kami adalah suatu yang indah, nikmat dan sakral.

Istri saya sangat pandai memuaskan keinginan seks saya. Seperti juga saya, ia sangat antusias dengan eksperimen-eksperimen dalam hubungan seksual sepanjang masih dalam norma kesopanan dan kewajaran. Dalam berhubungan seks saya dan istri saya selalu mendapatkan orgasme, dan kami selalu berusaha agar kami berdua sama-sama menikmati puncak dari hubungan seks ini yang tidak dapat kami lakukan setiap hari.

Biasanya, istri saya lebih banyak mendapatkan orgasme dari saya, karena selain ia lebih aktif, prinsip yang kami anut adalah ‘lady first’. Dari eksperimen-eksperimen yang kami lakukan berdua, saya jadi mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman bagaimana membuat seorang wanita mencapai orgasme saat berhubungan seksual, mulai dari persiapan, pemanasan, pemilihan posisi, dan pengaturan waktu agar si wanita dapat lebih dulu atau setidaknya bersamaan dengan saya mendapatkan orgasme. Pendek kata, tidak ada yang salah dalam kehidupan seksual saya dan istri saya. Dua minggu sekali kami bertemu 2 hari penuh, dan sepanjang hari kami melakukan aktivitas seksual tanpa jemu 5-15 kali. Bukankah itu sama saja dengan melakukannya setiap hari sekali?Saya tidak pernah tertarik mendalam secara seksual terhadap wanita lain, dan tidak pernah berusaha untuk itu. Saya sudah merasa lebih dari cukup dengan istri saya saja. Sampai suatu hari ada kejadian yang akhirnya mengubah semuanya.

Saya mendapatkan pimpinan baru di divisi saya. Ia seorang wanita yang setelah beberapa hari saya bergaul dengannya, bekerja sama dalam berbagai project, saya menjadi kagum terhadap kepandaian, ambisi, dan kerja kerasnya. Secara fisik ia adalah seorang wanita yang menarik, dengan kulit putih mulus, wajahnya bisa dikatakan sensual karena bentuk bibirnya sangat indah dan selalu tersenyum, tubuhnya tidak tinggi tapi proporsional dan seksi. Tetapi saya tidak pernah berpikir ke arah seksual karena selain saya hormati ia sebagai atasan saya, ia juga sudah memiliki suami. Ia memiliki kegemaran bekerja di kantor sampai larut malam, sama dengan kebiasaan saya. Jadilah sekarang setiap malam saya selalu berdua dengannya di kantor bekerja hingga larut malam. Suaminya dengan setia menjemputnya setiap pukul 22.00. Saya pun biasanya pulang sekitar jam yang sama.

Saya tidak pernah membayangkan hubungan saya dan bos saya itu berkembang lebih jauh dari sekedar hubungan bawahan dan atasan. Saya paling benci selingkuh antar teman sekantor. Saya merasa itu tidak mungkin terjadi pada diri saya. Saya yakin tidak mungkin.

Malam itu, saya dan dia seperti biasa bekerja hingga larut malam karena ada system baru yang akan diimplementasikan. Malam itu agak panas dan saya merasa penat sekali. Saya ingin mandi air hangat di kamar mandi kantor, seperti sering saya lakukan sehari-hari. Saya mengambil kunci kamar mandi dan pamit kepada Inne, nama atasan saya itu. Saya katakan saya ingin mandi dahulu. Ia cuma memandang sambil tersenyum penuh arti. Saya tidak tahu apa sebabnya.

Mandi air hangat begitu mengasyikan. Rasanya pori-pori di kulit jadi terbuka, kotoran dan rasa penat hilang. Saya suka berlama-lama diguyur air panas dari shower. Tiba-tiba saya dengar ketukan di pintu, saya tunggu sebentar sebelum menjawab, terdengar suara dari luar. Suara Inne. Ia mengatakan ingin meminjam kunci kamar mandi untuk masuk ke kamar mandi wanita di sebelah kamar mandi yang saya gunakan. Saya gugup karena saya masih telanjang bulat. Akhirnya saya buka pintu sedikit dan saya tetap bersembunyi di balik pintu sementara tangan saya mengulurkan kunci kamar mandi kepada Inne. Di luar dugaan saya, saya merasa tangan Inne menggenggam erat tangan saya dan tiba-tiba pintu kamar mandi saya terdorong ke dalam. Sebelum saya sadar, ternyata Inne sudah di dalam kamar mandi dan telah menutup serta mengunci pintu kamar mandi.

Saya salah tingkah, saya tidak mengenakan penutup badan apa-apa. Dengan panik saya membalikkan badan saya. Tapi itu tidak ada gunanya, di depan saya terpasang cermin besar dan Inne bebas mengamati ketelanjangan saya. Semenjak saya beranjak dewasa, belum ada wanita lain selain istri saya yang melihat tubuh saya dalam keadaan telanjang bulat.

Masih dalam kegugupan saya, Inne mendekat dan langsung merangkul saya dari belakang. Tangannya tiba-tiba meremas kemaluan saya. Saya tersentak, dan berusaha menolak. Saya ingat istri saya. Tapi tiba-tiba badan saya dibalik dan sepasang bibir yang ranum milik Inne mendarat di bibir saya. Inne menciumi saya dengan penuh nafsu, sementara tangannya tidak henti meremas dan mengelus batang kemaluan saya yang otomatis menegang dan makin keras. Saya masih berusaha mengatakan, “Jangan Inne, ini salah.” Tapi Inne seperti seorang pemangsa yang tidak ingin melepas buruannya.

Saya merasa jadi korbannya. Ya, saya di bawah kekuasaannya. Saya adalah bawahan dia adalah atasan. Tapi lama-kelamaan perasaan ini, juga perasaan bersalah kepada istri saya, makin lama makin hilang, tertutup oleh nafsu saya yang dibangkitkan oleh tindakan Inne. Saya lupa segalanya.

Naluri seksual saya sebagai lelaki akhirnya bicara. Saya balas ciumannya dengan nafsu juga, tangan saya mulai meraba-raba bagian sensitif dari tubuh Inne mulai dari dadanya yang tidak terlalu besar tapi bagus bentuknya, pantat, paha, sampai akhirnya ke kemaluannya. Pelan-pelan saya membuka pakaiannya, mulai dari blazernya, terus blusnya, lalu rok panjang ketatnya. Inne secara cooperative membantu saya melucuti pakaian yang menempel di badannya. Kini ia tinggal memakai pakaian dalam saja (BH dan celana dalam).

Bodinya memang menggiurkan. Saya tidak mengatakan bodinya lebih bagus dari istri saya, tapi dalam keadaan seperti ini, saya menjadi semakin bernafsu karena keindahan tubuh yang terpampang di hadapan saya.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama, BH-nya pun saya lepas. Dua buah payudara yang berukuran sedang tapi indah bentuknya karena terawat muncul. Saya tidak tahan dan segera saya mulai menjilati, mencium, dan memainkan payudara dan putingnya yang mulai mengeras. Inne mengerang pelan setiap saya isap puting payudaranya. Saat mengerang, tangannya meremas kemaluan saya lebih kuat. Matanya terpejam dan dagunya terangkat menandakan Inne benar-benar menikmati permainan ini. Sementara saya memainkan puting payudara, tangan saya juga berkelana meraba celana dalamnya. Basah dan lembab. Ah, Inne rupanya nafsu sekali. Jari saya, saya masukkan ke celana dalamnya sampai saya menemukan belahan kemaluannya. Clitorisnya saya gosok secara pelahan. Hasilnya nyata, Inne makin liar mengerang dan badannya mulai mengejang.

Tiba-tiba semua kegiatan saya terhenti karena Inne menarik kepala saya dari dadanya dan menarik keluar tangan saya dari celana dalamnya.
“Ada apa, Inne?” tanya saya. Inne cuma tersenyum penuh arti.
Tiba-tiba ia berlutut di hadapan saya dan meraih batang kemaluan saya. Secepat kilat ia langsung menciumi batang saya yang sudah benar-benar mengeras tanda siap tempur. Batang kemaluan saya dijilati dari ujung sampai ke pangkal penis. Ughh, saya mengerang-erang karena sensasi kenikmatan. Belum cukup ia menjilati kemaluan saya, penis saya dikulum dan diisap-isah. Sensasi kenikmatan akibat sedotan mulutnya menjalar ke seluruh tubuh saya. Inne menggerakkan kepalanya maju mundur jadi saya merasakan penis saya seperti saat sedang coitus. Saya merasa saatnya hampir tiba. Jika saya teruskan maka saya akan orgasme.

Saya berhasil menarik penis saya tepat pada waktunya, sehingga saya sempat menarik nafas panjang untuk meredakan ketegangan dan menetralisir keadaan penis saya yang hampir kolaps. Inne tampaknya mengerti dan setuju bahwa permainan belum usai. Secepat ia berdiri, secepat itu pula saya berlutut dan langsung menarik turun celana dalam satin berwarna pink yang sudah begitu basahnya oleh cairan vaginanya. Di hadapan saya tampak kemaluan Inne ditutupi dengan bulu-bulu halus yang tampaknya terawat dengan baik. Langsung saya cium daerah pubisnya, reflek Inne membuka kedua kakinya dan dengan bersandar di dinding kamar mandi ia berdiri mengangkangi kepala saya.

Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, langsung saya jilati kemaluannya, clitorisnya saya jilat dan saya isap pelan-pelan. Basah dan tambah basah kemaluannya akibat perpaduan antara cairan kewanitaannya dengan ludah saya. Vaginanya beraroma khas sekali, dan saya sangat menyukai aroma ini karena membuat saya makin nafsu. Sementara Inne semakin liar dan setengah berteriak kenikmatan sambil tangannya menjambak kuat rambut saya.

Kira-kira tiga menit kemudian, badan Inne tiba-tiba mengejang kuat, dan Inne berteriak setengah tertahan. Otot-otot di vaginanya saya rasakan berkontraksi secara ritmis, dan jambakan di rambut saya makin kuat. Inne orgasme selama 20 detik. Peluh di sekujur badannya, dan ia bersandar lemas di dinding. Saya berdiri dan menatap wajahnya. Matanya setengah terbuka dan bibir tersenyum. Saya cium bibirnya dengan lembut.
Inne langsung mendekap saya dan berbisik, “Kamu hebat. Terima kasih. Ini nikmat sekali.”
Pelukannya makin erat, dadanya menekan dada saya. Ah, betapa lembut dada indahnya Inne. Inne berbisik”, Kamu belum, Er.”
“Enggak apa-apa. Kamu kelihatannya capek. Saya senang kalau kamu menikmatinya”, balas saya.
“Enggak. Kamu juga harus dapet!” kata Inne, sambil tiba-tiba mencium bibir saya dengan nafsu. Badannya tidak lemas lagi.
Entah mengapa saya ingat istri saya. Saya terdiam. Pasif. Inne mengetahuinya bertanya, “Kenapa? Kamu ingat istri kamu?”.
Saya mengangguk lemah. Inne membalas, “Kalau gitu kita tidak usah coitus, kita lakukan petting saja”.
“Apa bedanya”, sergah saya.

Inne tidak mau kalah dan menerangkan bahwa paling tidak kita 100% mengkhianatinya karena kita tidak melakukan coitus. Sebelum sempat saya berbantah lagi, ia menarik tubuh saya, sambil meraih penis saya dan mengarahkan ke kemaluannya, kemudian menjepit penis saya di kemaluannya dengan dua pahanya. Inne menggerak-gerakkan pinggulnya dan saya merasakan bibir kemaluannya yang tebal dan basah menggosok-gosok penis saya. Saya nafsu sekali dan akhirnya saya ikut menggerakkan pinggul saya seirama dengan gerakan pinggul Inne. Sekitar 3 menit kami lakukan petting dalam keadaan berdiri, sampai saya berinisiatif mengangkat badan Inne dan mendudukkan di meja toilet, kemudian kembali melakukan petting dengan posisi kaki inne di atas pundak saya. Untuk mempertahankan sentuhan penis saya pada clitoris dan bibir kemaluannya, Inne menggunakan jarinya menekan penis saya. Uh, kami berdua berpacu dalam perjalanan menuju puncak kenikmatan. Saling mengerang. Nikmat sekali.

Tanpa saya sadari, tangan Inne memegang penis saya dan mengarahkan ke lubang vaginanya dan ughh…, penis saya masuk ke dalam lubang yang licin itu. Vaginanya masih kencang sekali, sehingga saya merasa seperti diremas-remas saat saya meneruskan gerak maju mundur pinggul saya. Saya dan Inne sudah lupa janji saya tadi. Kami asyik berpacu sampai akhirnya tubuh Inne kembali mengejan kuat dan dari mulut Inne keluar jerit tertahan, “aahh”. Inne orgasme lagi dan itu berlangsung selama setengah menit, selama itu pula vaginanya berkontraksi seperti memijat penis saya. Saya merasa inilah saatnya saya orgasme. Saya percepat gerak saya dan tepat sebelum sperma saya tumpah, penis saya tarik keluar vagina dan sperma saya semprotan ke atas perut Inne. “Ugh…, ugh…, uugh”, Banyak sekali sperma saya yang keluar.

Tubuh saya langsung lemas, begitu pula Inne. Kita saling berpelukan, sampai akhirnya saya berinisiatif mengajaknya membersihkan badan kita dengan air hangat berdua, dan kami mandi berdua di bawah siraman air hangat.
Ketika kami berpakaian, Inne bertanya, “Kamu menyesal?” Saya jawab tidak. Tidak ada yang patut disesali. Semua telah terjadi. Saya dan Inne sama-sama mendapatkan apa yang kita cari. Saya hanya ingin ini tidak terjadi lagi. Saya merasa berdosa pada istri saya. Tetapi secara jujur saya akui pengalaman yang saya lalui tadi dengan Inne merupakan suatu hal yang membuat saya terhanyut. Saya menyukai gaya Inne yang aktif, seperti istri saya juga.

Saya dan Inne kembali ke tempat kerja kami, dan berbuat seolah tidak terjadi apa-apa. Inne menunggu sampai suaminya menjemput. Kami pulang bertiga bersama-sama. Syukurlah suaminya tidak curiga.

Sejak peristiwa saya dan Inne di kamar mandi kantor malam itu, hidup saya menjadi tidak tenang rasanya. Tindakan saya mengkhianati istri benar-benar menjadi beban dalam pikiran. Saya tidak tahu apakah saya masih punya muka untuk bertemu dengan istri saya nanti. Saya yakin saya bisa menutupi hal ini ke istri saya, tetapi hati nurani saya tidak bisa kompromi. Haruskah saya menyalahkan Inne, sementara saya juga punya andil dalam kejadian itu. Sayalah suami yang tega mengkhianati cinta istrinya.

Hal yang paling membuat saya makin merasa bersalah adalah di balik semua penyesalan saya, saya ternyata menikmati dan menginginkan peristiwa itu terulang. Saya memang berjanji untuk tidak melakukannya lagi, tapi alangkah sulitnya berurusan dengan nafsu. Makin saya berusaha melupakan, makin timbul keinginan saya untuk mereguk kenikmatan yang terlarang bersama Inne. Benar kata orang, janganlah berbuat dosa karena sekali kita berbuat dosa akan sangat sulit bagi kita untuk keluar darinya. Hal itu terjadi pada diri saya.

Di kantor saya berusaha seprofesional mungkin, saya tidak mau kejadian malam itu tercium oleh rekan-rekan kerja saya. Saya serba salah juga. Inne adalah atasan saya, tapi begitu memandangnya langsung saja saya teringat tubuh telanjangnya yang pernah saya nikmati. Inne sering secara sembunyi-sembunyi menatap saya dengan pandangan nafsunya. Sering juga ia mengelus tangan saya. Sepertinya ia menunggu kesempatan untuk memangsa saya. Jujur saja, saya juga berdebar menanti kesempatan ini. Oh, betapa bejatnya diri saya.

Seperti biasa malam itu Inne dan saya bekerja hingga larut malam. Saya asyik di depan komputer di ruang saya. Ruang saya hanyalah sebuah partisi setinggi 1.5 meter, sementara ruang Inne berupa sekat permanen tanpa pintu. Di ruangan divisi saya hanya ada satu ruang kerja yang tertutup dengan pintu milik kepala divisi saya (atasan langsung Inne), lainnya hanyalah partisi biasa dan sekat permanen tanpa pintu.

Inne datang menghampiri saya. Ia membawa sesuatu di tangannya, ternyata sebuah VCD. Saya tebak pasti sejenis film biru. Tebakan saya tidak salah. Inne mengambil tempat duduk dan duduk di sebelah saya, dekat sekali.
“Er, setel ini dong. Kata temen filemnya oke. Ada ceritanya nggak asal main saja. Saya ingin nonton nih”, pinta Inne.
“Kenapa kamu nggak nonton di rumah saja sama suamimu?”
“Ih, boro-boro, suami saya benci sekali film seperti ini. Ia bilang tidak realistis, tipuan, dibuat-buat dan sebangsanya. Pokoknya dia selalu nolak kalo saya ingin nonton ini bersamanya. Jadi sama kamu saja yah. Khan komputer kamu multimedia”, Inne berkata sambil meletakkan tangannya pada selangkangan saya dan sedikit meremasnya. Seperti kerbau dicocok hidungnya, saya melaksanakan keinginannya. VCD itu saya setel, kami berdua menonton.

Film yang kami setel memang bagus. Sangat membangkitkan nafsu. Ditambah lagi atmosfer yang ada di antara kami berdua sudah berselaputkan nafsu. Kami berdua mulai saling merangsang. Tangan Inne membuka ritsliting celana panjang saya, kemudian dengan terampil mencari-cari barang berharga milik saya yang ada di balik celana dalam saya. Setelah ketemu, jemari yang halus itu mulai digosok-gosokkan ke penis saya yang sudah mulai mengeras. Uh, saya merasa nikmat sekali.

Saya pun tidak mau kalah. Tangan saya telah masuk ke sela-sela blusnya dan BH-nya mulai saya jelajahi mencari-cari puting payudaranya. Inne menggeliat-geliat ketika putingnya saya permainkan. Film yang kami tonton makin membuat kami makin hanyut dalam nafsu. Tangan saya mulai beralih menyibak rok mini Inne sambil mengelus-elus pahanya yang putih mulus mulai mencari-cari jalan masuk ke balik celana dalam Inne yang sudah begitu basah oleh cairan vagina Inne. Saya jadi teringat bau khas vagina Inne yang memabukkan saya.

Bibir kami pun bertautan dan saling mencium dengan penuh nafsu. Ciuman bibir memang sangat efektif untuk membangkitkan nafsu dan sangat pribadi sifatnya ketimbang hubungan seks itu sendiri. Seorang pekerja seksual tidak keberatan untuk melakukan hubungan seks dengan setiap orang yang membayarnya, tapi jangan coba-coba minta ciuman bibir. Belum tentu ia bersedia. Ciuman bibir hanya bisa terjadi jika kedua pihak telah saling percayai. Makin meninggi nafsu yang muncul pada diri kami masing-masing akibat ciuman bibir itu. Lidah saya dan lidahnya saling bertautan, sementara kedua bibir kami makin erat.

Saya kemudian melepaskan bibir saya dari bibir Inne, lalu berlutut. Kepala saya masuk di sela-sela paha yang telah terbuka karena rok mininya telah saya singkap. Saya cium-cium selangkangannya. Hmm…, bau vagina ini benar-benar saya suka. Rasanya sampai naik ke ubun-ubun. Dengan hidung saya mainkan kemaluannya yang masih ditutupi celana dalam. Uh.., uh.., uh.., suara Inne melenguh seirama dengan gerakan hidung saya. Inne benar-benar menikmati yang saya perbuat.

Dengan kedua tangan saya, celana dalam Inne saya pelorotkan sampai pergelangan kaki. Inne membuka pahanya lebar-lebar dan saya melihat dengan jelas kemaluannya yang masih sangat terawat itu. Dengan lembut saya melakukan oral seks dan dibantu jari-jari saya. Clitorisnya yang tegak menantang saya jilat dan isap-isap, sementara jari saya bermain di sekitar lubang vaginanya. Vaginanya makin basah dan bau vagina itu juga makin keras sehingga saya makin bersemangat melakukan oral seks.

Kedua tangan Inne mencengkeram kuat kedua sandaran tangan di kursi tempat ia duduk. Badannya menggelinjang-gelinjang diselingi sesekali badannya mengejang menahan sensasi luar biasa nikmatnya. Benar seks itu nikmat, dan saya pun semakin bersemangat untuk merangsang alat kelamin Inne dengan bibir, lidah dan tangan saya. Lidah saya dengan nakal bermain-main di sekitar clitoris yang makin menegang. Tubuh Inne bergerak liar sampai akhirnya dengan pantat terangkat dari kursi, tubuhnya mengejang kuat disertai dengan teriakan tertahan. Cengkraman tangannya makin kuat. Inne mendapatkan orgasme, puncak dari kenikmatan seksual. Saya pun tidak mau kehilangan kesempatan langka ini dengan tetap melepaskan mulut dan lidah saya dari kemaluannya saat Inne orgasme.

Istri saya juga tidak pernah keberatan dengan oral seks, tapi sangat jarang baginya mendapatkan orgasme saat kami melakukan oral seks. Istri saya jauh lebih mudah orgasme dengan petting dan coitus. Saya juga jarang berhasil membuatnya orgasme dengan rangsangan tangan. Itulah sebabnya bagi saya membuat wanita orgasme dengan oral seks adalah suatu hal yang luar biasa. Saya merasa saya pria paling jantan di dunia ini.

Sekitar 10 detik tubuhnya kaku menikmati saat-saat paling indah ini, sampai akhirnya Inne terduduk lemas. Saat itu saya berikan ciuman lembut di bibir Inne. Mata Inne terpejam. Inne membalas ciuman saya dengan lembut pula, kemudian ia berbisik di telinga saya, “Er, makasih. Kamu memberikan saya hal yang luar biasa.”
Inne sepertinya kelelahan sekali. Hal yang aneh, saya mulai berpikir untung rugi. Saya belum mendapatkan apa-apa. Saya balas berbisik, “Saya belum dapet, nih. Kamu capek yah”.
“He-eh”, jawab Inne.

Tapi saya tidak peduli. Inne saya seret ke ruang kepala divisi yang memiliki pintu tertutup. Dengan lemas Inne menurut. Pintu ruang kepala divisi saya tutup dan saya kunci. Tubuh lemas Inne saya baringkan di atas meja, sementara celana dalam Inne yang masih ada di pergelangan kakinya saya lepas. Saya memerosotkan celana panjang saya dan celana dalam saya turunkan sepaha sampai penis saya yang sudah mengacung kuat bebas. Penis saya saya geser-geserkan di bibir kemaluan Inne yang masih basah. Spontan Inne menggelinjang kegelian. Tangan Inne meraih penis saya dan membimbing masuk ke lubang vaginanya. Saya memulai kayuhan cinta ini. Penis saya keluar masuk vaginanya yang licin tapi erat. Pemandangan yang sangat exciting. Penis saya seperti dipijat-pijat.

Jari Inne ikut memainkan clitorisnya sendiri. Inne sangat menikmati setiap gerakan penis saya keluar masuk ke dalam vaginanya. Kembali Inne mengelinjang. Ia bilang, “Er, nanti saya dapet lagi…”
Saya bilang, “Enggak pa-pa, saya juga sebentar lagi”.
Saya baru merasa benar-benar puas jika dalam berhubungan seks, lawan saya mendapatkan kepuasan lebih banyak dari saya. Bukan berarti saya adalah tipe pelayan seks. Bukan. Ini semata-mata hanya untuk memuaskan ego saya sebagai laki-laki. Bagi saya, hanya laki-laki jantanlah yang mampu membuat wanita menikmati hubungan seks. Makin sering ia membuat wanita orgasme makin jantanlah ia.

Gerakan penis saya menusuk vagina Inne makin saya percepat, seiring dengan rintihan dan lenguhan Inne yang makin cepat seirama dengan gerakan saya. Saya merasa saat saya sudah dekat, tetapi melihat Inne belum juga terlihat mendekati puncak, saya berusaha meredam ketegangan yang merambati penis saya. Saya konsentrasi dan menarik nafas panjang agar orgasme saya dapat tertunda. Tiba-tiba tangan Inne menarik pinggul saya rapat ke arah tubuhnya sehingga saya tidak dapat melanjutkan gerak saya.
“Ada apa Inne”,, tanya saya heran.
“Saya ingin ganti posisi”, kata Inne. Saya menjawab dengan anggukan kepala.

Seiring dengan bangunnya Inne dari meja tempat ia berbaring, saya melepaskan batang kemaluan saya dari vaginanya. Ugh, saya dapat kesempatan untuk menenangkan ketegangan penis saya yang sudah siap menumpahkan sperma. Inne membalikkan badannya membelakangi saya dan dengan kaki tetap berpijak di lantai ia menelungkupkan badannya di meja. Rupanya Inne ingin posisi dog style. Saya menyambut posisi itu dengan langsung mengarahkan penis saya ke bibir kemaluannya dan pelan-pelan menemukan lubang vaginanya. Kembali saya menggenjot tubuh Inne dari belakang. Mula-mula pelahan. Makin lama makin cepat. Inne melenguh dan merintih dengan nikmatnya. Ih, ah, uh terlontar dari bibir Inne. Sesekali saya membungkukkan badan saya, rambut Inne saya jambak ke belakang dan bibir ranum Inne saya lumat dengan nafsu. Innepun membalas dengan nafsu yang tak kalah besar.

Inne tiba-tiba menjerit. Walaupun ia berusaha menahan, namun jeritan itu tetap saja keluar. Inne kelihatan berusaha sekuat tenaga menahan diri agar tidak bersuara, namun rasa yang menguasai tubuhnya tak tertahankan. Kembali Inne mendapatkan orgasme, saya tandai dari tubuhnya yang kejang-kejang secara ritmis. Itu berlangsung kurang lebih lima detik. Saya masih tetap meneruskan kayuhan penis saya maju mundur. Vaginanya yang makin basah akibat orgasme membuat suara pada saat penis saya bergesekan dengan dinding vagina.

Tidak berapa lama kemudian, Inne menjerit dan mengejang lagi. Tubuhnya bergerak-gerak secara ritmis selama 10 detik. Inne mengalami orgasme beruntun, dan yang kedua kelihatannya lebih kuat dibandingkan yang pertama. Suara-suara yang keluar dari bibirnya yang sensual benar-benar membuat saya ingin cepat-cepat merasakan orgasme juga.

Saya makin percepat gerakan ayun saya. Makin cepat makin kuat sampai saya merasa saatnya akan datang bagi saya. Saya hampir sampai di puncak kenikmatan. Saat saya sedang menimbang apakah sperma saya akan saya keluarkan di dalam vaginanya atau di luar, kami mendengar pintu masuk ruang divisi terbuka dan kedengaran ada langkah seseorang. Sialan saya baru saja mau dapat orgasme, nggak jadi deh. Kami berdua dengan secepat kilat tanpa suara kami segera membenahi pakaian kami masing-masing. Untung baju-baju kami terbuat dari bahan anti wrinkle jadi tidak ada bekas kusut. Inne segera merapikan rambutnya. Sementara otak saya berputar mencari cara bagaimana agar kami tidak tertangkap basah oleh siapapun orang itu yang memasuki ruang divisi kami.

Terdengar gumamam, “U-uh, si Inne mana yah.” Suara suami Inne, Harry. Saya berunding secara berbisik-bisik dengan Inne bagaimana kami bisa keluar dari ruangan tempat saya dan Inne berada secara bergantian tanpa kecurigaan suami Inne. Saya memutuskan keluar terlebih dahulu sambil memikirkan cara Inne keluar dari situ dengan aman. Bagian selanjutnya akan sangat tergantung dari improvisasi saya dan Inne.

Setelah Inne berada di balik pintu, dan kami saling menilai pakaian dan keadaan kami sudah tidak mengundang kecurigaan, saya dengan hati-hati memutar anak kunci tanpa suara dan langsung membuka pintu ruangan kepala divisi, keluar dari ruangan itu dengan langkah yang saya usahakan sewajar-wajarnya. Pintu ruang otomatis menutup sendiri.

Pura-pura saya terkejut dan berkata, “Eh, Mas Harry. Cari Inne yah. Wah, Inne tadi katanya ke lantai 4 mengambil print out data.”
“Oh, ya?” kata Harry datar.
“Mau dicari, Mas? Mari saya temani. Saya sebenarnya juga ingin mengambil hasil download data”, saya berharap Harry mau ikut saya dan Inne bisa keluar dengan selamat tanpa ketahuan. Tapi…
“Enggak usah, deh. Saya tunggu saja di sini, nanti Inne khan ke sini, janjiannya khan saya jemput di sini. Kalo nanti saya ke bawah malah bisa jadi seperti main petak umpet”, jawaban Harry memupuskan harapan saya. Saya harus cari jalan lain. Sejalan saya telah mengatakan akan ke lantai 4, saya berarti harus meninggalkan ruang ini.

Saya meninggalkan ruang itu sambil berpikir keras dan mencari jalan keluar dari ‘big problem’ secara mulus. Was-was juga saya. Jangan sampai Harry iseng membuka pintu ruang kepala divisi. Aduh jangan deh. Di lantai 4, dengan tanpa harapan saya memandang ke luar ke pelataran parkir. Saya melihat mobil Inne parkir di tempat yang agak gelap. Timbul ide nakal saya. Saya telepon satpam lantai 6 tempat ruangan saya dan saya katakan saya satpam lantai dasar, minta tolong dia untuk mencari pemilik mobil mazda familia merah, mobil Harry, yang ada di ruang system analyst untuk memindahkan mobilnya ke tempat yang lebih aman dekat lobi. Untungnya satpam yang saya telepon percaya. Saya menunggu sampai akhirnya melihat Harry berjalan ke mobilnya. Langsung saya bergegas ke lantai 6.

Sampai di sana saya langsung membuka ruang kepala divisi, Inne terkejut dan pucat, tapi begitu sadar yang membuka pintu adalah saya dan saya memberikan isyarat aman, ia langsung bertanya, “Gimana, Er?”
“Udah. Entar kalo Harry datang lagi ke sini. Kompak saja kita bilang tadi ketemu di lantai 4, dan kamu baru saja ambil report di mainframe”, jawab saya.

Kami berdua langsung mengatur posisi duduk di ruang kerja masing-masing, disaat genting itu Inne masih sempat mencium bibir saya. Sialan nih orang. Enggak tahu keadaan gawat. Harry datang lagi. Kelihatannya ia tidak curiga karena Inne langsung menyambut dengan mesra. Syukurlah. Mereka berbenah, dan pamit kepada saya.
“Er, saya duluan, yah. Eh, pekerjaan kamu yang tadi belum selesai, yah, nanti deh saya bantu menyelesaikannya”, Inne berkata begitu kepada saya sambil menatap penuh arti, tapi mimiknya membuat saya mengerti arti kata-katanya.
“No problem. Masih panjang kok waktunya. Thanks”, jawab saya sekenanya sambil tersenyum. Duh, Inne memang menyukai menyerempet bahaya rupanya.

Ketika saya tinggal sendirian di ruangan. Saya kembali ingat istri saya. Lagi-lagi saya tak mampu menahan hasrat ini. Inne menggairahkan sekali. Saya teringat pesan salah satu direksi saat saya mau menikah dan memutuskan untuk tinggal terpisah dengan istri saya. Katanya yang namanya suami istri itu haruslah jadi satu. Bahaya jika terpisah jauh. Suami istri adalah satu kesatuan. Jika salah satu lebih dekat dengan pihak ketiga, di situ pasti muncul masalah. Saya kini telah membuktikan kebenaran kata-katanya.

VCD yang saya putar di Komputer di telah habis. Saya merenung, inikah yang kehidupan yang saya pilih. Saya benar-benar tidak bisa melepaskan diri dari Inne. Secara seksual kami saling membutuhkan. Tidak lebih dari itu. Saya yakin di antara kami berdua tidak ada perasaan ingin memiliki. Kami memiliki keluarga sendiri-sendiri, dan kami tidak ingin merusak segala yang ada. Terlalu mahal untuk dipertaruhkan.
Saya putar CD di komputer saya, lagu milik Tom Grant mengalun dengan lembut dan manis. Sementara pikiran saya makin tidak tenang, “Bagaimana saya bisa menatap wajah istri saya di akhir minggu ini?”